- Bendera NU Berkibar di Reuni 212, Ustadz Felix Siauw: Ya Kali Gaboleh, Bisa Kualat Jadi Batu Saya
TRIBUN-TIMUR.COM - Salah satu tokoh Islam Ustadz Felix Siauw tampak hadir di acara Reuni 212 Senin (2/12/2012).
Berbeda dengan tokoh-tokoh Islam lainnya, ustdz Felix tampak tak berada di panggung melainkan berbaur di barisan belakang bersama jamaah.
Momen acara reuni 212 diunggah ustadz Felix di akun isntagramnya.
• Cuma Lewat Video, Blak-blakan Rizieq Shihab di Reuni 212 Dicekal Arab Saudi Karena Diminta Indonesia
Dia membawa orasi tampak membawakan orasi dengan latar bendera Nahdatul Ulama (NU).
Ustadz Felix menjelaskan kronologi bendera NU tersebut berkibara di reuni 212.
Ada santri lewat pas saya nemenin hadirin di barisan belakang, terus bawa bendera NU, lalu nanya "Boleh nggak kibarin bendera NU?". Ya kali gaboleh, bisa kualat jadi batu saya hahaha
NU itu aset Islam, karamah Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari. Kalau NU goyang, ya goyang juga Muslim Indonesia, semua saudara dalam keimanan insyaAllah
Liat aja di gambar, lengkap kan. Ini salah satu wajah #ReuniAkbar212, ada yang sipit, ada yang belok, ada yang item, ada yang kuning, putih, belang (emang kucing, lengkap pokoknya
Ada yang NU ada Muhammadiyah, ada FPI ada Bang Japar, ada jawara ada rakyat biasa, ada pendekar ada makhluk alus (yakali), hahaha.. Alhamdulillah, seneng bisa sama orang-orang ini di belakang. Sebab saya hanya penghibur, mereka yang punya pengorbanan, apalagi tim keamanan, salut daah
Sebelumnya Aktivis Muda Nahdlatul Ulama (NU), Guntur Romli mengatakan gerakan 212 adalah kegiatan politik yang menggunakan idiom keagamaan.
Diketahui, Persaudaraan Alumni (PA) 212 kembali menggelar aksi Reuni Akbar di Monumen Nasional (Monas) pada 2 Desember 2019.
Guntur Romli berpendapat jika aksi dari PA 212 tersebut dari awal memang sebuah kegiatan politik.
"Kalau saya melihat 212 dari awal adalah kegiatan politik yang memakai idiom-idiom keagamaan," ujar Guntur di Studio TV One, Sabtu (30/11/2019), dikutip dari YouTube Talk Show tvOne.
Menurutnya, pada 2016 lalu, aksi 212 dalam konteks Pemilihan Kepala Daerah (pilkada) DKI Jakarta, dan berawal dari kasus penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama (BTP) atau Ahok.
"Terlepas dari 212 yang pertama, konteksnya adalah pilkada DKI, kemudian ada kasus disitu masalah Pak Ahok," kata dia.
Namun setelah Ahok diputuskan bersalah dan sudah mendekam di balik jeruji besi, aksi 212 tersebut tetap berjalan.
Aksi Reuni Akbar PA 212 itu sudah diselenggarakan pada 2017 dan 2018 lalu.
Guntur berujar pada Reuni Akbar 2018 lalu, PA 212 menggunakannya sebagai kepentingan politik untuk pemilihan presiden 2019.