Tak Habis 7 Turunan?
Segini Harta Kekayaan Ketua DPD, La Nyalla Mattalitti:
Dulu Tersangka Korupsi
TRIBUN-TIMUR.COM - La Nyalla Mattalitti baru-baru ini menjadi sorotan setelah menduduki jabatan ketua DPD periode 2019-2024.
Sebelum terjun ke dunia politik, La Nyalla dikenal sebagai salah satu pengusaha sukses di Surabaya.
Kemudian karir La Nyalla kian mencuat saat 'nyemplung' ke PSSI sebagai Ketua Umum PSSI periode 2015 - 2016.
La Nyalla dipaksa mundur karena dugaan menyelewengkan dana hibah Pemerintah Provinsi Jawa Timur tahun 2011 - 2014 saat menjadi pengusaha dan sebagai Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Jatim.
Meski La Nyalla sudah ditetapkan tersangka dalam kasus tersebut, majelis hakim memvonis bebas La Nyalla dalam persidangan yang digelar Pengadilan Tipikor pada 27 Desember 2016 silam.
La Nyalla Mattalitti secara resmi telah terpilih sebagai Ketua Dewan Perwakilan Daerah ( DPD) RI untuk masa jabatan 2019-2024.
Sebelumnya, La Nyalla ditetapkan sebagai Ketua DPD melalui mekanisme voting yang dilakukan 134 anggota DPD yang hadir.
La Nyalla mendapatkan 47 suara mengalahkan tiga pesaingnya, yakni Nono Sampono dengan 40 suara, Mahyudin 28 suara, dan Sultan Bachtiar 18 suara.
Dengan demikian, tiga orang pesaing La Nyalla yang gagal akan menjadi Wakil Ketua DPD.
Lalu bagaimana sepak terjangnya selama ini?
La Nyalla diketahui lahir di Jakarta, 10 Mei 1959.
Pemilik nama lengkap La Nyalla Mahmud Matalitti ini lahir dari keluarga yang berkecukupan.
Dikutip Antaranews, ayahnya Mahmud Mattalitti adalah seorang dosen Fakultas Hukum Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.
Sedangkan kakeknya yang bernama Haji Mattalitti ialah seorang saudagar besar dari Bugis, Sulawesi Selatan, yang cukup berpengaruh di Surabaya.
Kendati demikian, La Nyalla muda pernah bekerja sebagai pekerja serabutan dan ia juga dikenal memiliki sifat bengal hingga akhirnya berubah menjadi sosok pengusaha yang berpengaruh di Surabaya.
Karir Sepak Bola
La Nyalla juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) periode 2015-2016.
Di masa kepemimpinannya, PSSI langsung dihadapkan pada pembekuan atas sanksi yang diberikan oleh Menpora Imam Nahrawi.
Dikarenakan kebijakan PSSI soal hasil rekomendasi Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) yang saat itu tidak meloloskan Arema Malang dan Persebaya Surabaya.
Di tengah konfik yang terjadi tersebut, La Nyalla juga terjerat kasus dugaan korupsi. Ia diduga menyelewengkan dana hibah Pemerintah Provinsi Jawa Timur tahun 2011-2014.
Kasus tersebut terjadi saat La Nyalla menjadi pengusaha dan sebagai Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Jatim.
Hingga akhirnya La Nyalla ditetapkan sebagai tersangka dan melalui Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI, ia dipaksa untuk mundur.
Pada 27 Desember 2016, majelis hakim memvonis bebas La Nyalla pada persidangan yang digelar di Pengadilan Tipikor.
Berseteru dengan Gerindra
Pada Januari 2018, La Nyalla kembali menjadi sorotan publik setelah dirinya terlibat perseturuan dengan Partai Gerindra.
Ia mengungkapkan, diminta membayar Rp 40 miliar oleh Ketua Partai Gerindra, Prabowo Subianto dalam rangka pencalonannya sebagai Gubernur Jawa Timur.
Uang tersebut digunakan untuk membayar saksi pilkada dan sebagai syarat untuk menerima rekomendasi Gerindra untuk maju sebagai calon kepala daerah di Jawa Timur.
Harta Kekayaan
Dikutip dari Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) tertanggal 8 April 2019 yang bersumber dari elhkpn.kpk.go.id, La Nyalla memiliki total harta kekayaan sebanyak Rp 14.214.635.894 miliar.
Dalam LHKPN tersebut, La Nyalla tercatat memiliki 8 tanah dan bangunan yang tersebar di berbagai daerah, yakni Surabaya, Jakarta, dan Batu.
Perinciannya 4 tanah dan bangunan di Surabaya senilai Rp 7.256.000.000, 3 tanah dan bangunan di Jakarta senilai 4.229.033.955, serta 1 tanah dan bangunan di Batu Jawa Timur senilai Rp 8,8 juta.
Sehingga, bila ditotal, nilai tanah dan bangunan milik La Nyalla yakni Rp 11.493.833.955 miliar.
La Nyalla juga tercatat memiliki satu buah mobil bermerek Alphard tipe G tahun 2012 senilai Rp 616 juta dan satu buah motor merek Supra Fit tahun 2012 yang bernilai Rp 5 juta.
Selain itu, La Nyalla memiliki harta bergerak lainnya yang bernilai Rp 1 miliar dan memiliki kas dan setara kas senilai Rp 1.099.801.939.
LHKPN tersebut diumumkan dengan catatan lengkap berdasarkan hasil verifikasi pada 18 Juni 2019.
Sebelumnya, pemilihan Ketua DPD sendiri berjalan cukup alot dan memakan waktu selama lebih dari tiga jam.
Pasalnya setelah penyampaian visi dan misi Ketua DPD di hadapan seluruh anggota DPD yang hadir, dan dilakukan musyarakat tidak didapati hasil mufakat.
Oleh karenanya, diputuskan pemilihan ketua melalui voting.
Voting dilakukan secara manual menggunakan surat suara yang kemudian diberi tanda pilih dan dimasukkan ke kotak suara.
Surat suara kemudian dihitung secara manual, dan tercatat nama La Nyalla yang juga mantan Ketua PSSI, mendapat perolehan suara terbanyak.
(Tribunnewsmaker/*)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Jadi Ketua DPD, Ini Profil dan Harta Kekayaan La Nyalla Mattalitti
Dulu Janji Potong Leher Jika Prabowo Kalahkan Jokowi, Ini Profil La Nyalla Mattalitti Ketua DPD RI
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Nama La Nyalla Mattalitti sempat heboh dikala detik-detik pemilihan presiden.
La Nyalla Mattalitti, dulu sempat janji potong leher jika Jokowi kalah dari Prabowo di wilayah Madura.
Namun, siapa sangka disaat Jokowi menang dan kini kembali mejadi presiden, La Nyalla Mattalitti terpilih menjadi ketua DPD RI periode 2019-2024.
La Nyalla Mattalitti merupakan senator asal Jawa Timur.
Ia terpilih dengan mekanisme voting 134 anggota DPD dalam rapat paripurna ketiga dengan agenda pemilihan Ketua DPD RI.
Namanya keluar sebagai peraih suara terbanyak dibanding tiga pesaing, yakni Sultan Bachtiar, Mahyudin, dan Nono Sampono.
La Nyalla Mattalitti meraih suara 47, Nono Sampono 40, Mahyudin 28 dan Sultan Bachtiar 18 suara.
Mereka yang tidak terpilih ketua, otomatis menjabat sebagai Wakil Ketua DPD.
"Pimpinan terpilih yang memperoleh suara terbanyak pertama diterapkan sebagai ketua terpilih," kata pimpinan sidang Jialyka Maharani dalam rapat di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (1/10/2019) dikutip dari Kompas.com.
Pemilihan Ketua DPD sendiri berjalan cukup alot dan memakan waktu selama lebih dari tiga jam.
Awalnya, dipilih satu nama calon ketua dari empat sub wilayah, yaitu sub wilayah Barat I dan II serta sub wilayah Timur I dan II.
Sultan Bahtiar mewakili sub wilayah Barat I, sedangkan La Nyalla mewakili sub wilayah Barat II.
Mahyudin mewakili sub wilayah Timur I, dan Nono Sampono wakil sub wilayah Timur II.
Janji Potong Leher
Nama La Nyalla Mattalitti pernah menghebohkan publik pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 lalu.
Kala itu, La Nyalla sesumbar tentang hasil suara Pilpres 2019 di Madura.
La Nyalla Mattalitti berjanji akan potong leher jika Prabowo Subianto bisa menang mengalahkan Joko Widodo di Madura.
Janji potong leher jika Jokowi kalah dan Prabowo menang di Madura itu kemudian ditagih Bendahara DPC Gerindra Cabang Pamekasan, Khairul Kalam.
Ia menyinggung soal janji La Nyalla yang bertaruh perolehan suara Pilpres 2019.
"Terkait pernyataan La Nyalla Mattalitti yang ingin potong leher kalau Prabowo-Sandi bisa menang di Madura sekarang ingin kami tagih," kata Khairul Kalam kepada TribunMadura.com, Jumat (19/4/2019).
Terkait hal itu, menurut La Nyalla, Khairul Kalam tidak mempunyai kepentingan untuk menagih janjinya karena janji potong leher tersebut ia lontarkan untuk kader-kader dan anggotanya.
"Itu untuk intern kader saya yang di Madura, saya ngomong itu supaya memecut anggota saya agar bekerja keras untuk 01," kata La Nyalla kepada SURYA.co.id pada Sabtu (20/4/2019).
La Nyalla menegaskan tantangan potong leher itu merupakan bahasa komando pihaknya kepada kader dan anggotanya.
"Yang bukan kader anggota saya, ya tidak perlu ikut komentar,"
Menurut dia Khairul bukan kader, maka ia tidak mempunyai hak menagih janji itu.
"Kalau kemarin yang menang 01 bagaimana? Yang mau saya potong lehernya siapa, enak saja," lanjut La Nyalla yang juga Ketua Kadin Jatim ini.
La Nyalla sendiri yakin jika kadernya sudah berjuang keras untuk memenangkan Jokowi-Ma'ruf Amin di Madura.
"Perkara yang menang 02, ya itu kehendak Allah, mau apa kita?" ujar La Nyalla.
"Saya juga tidak bisa kalau kalah terus dibilang menang, ya tidak mungkin.
Sama seperti sekarang 01 menang tapi 02 ngotot dilantik kan lucu jadi jangan memaksakan kehendak," lanjutnya.
Siapa La Nyalla Matalitti?
Dilansir dari Wikipedia, La Nyalla Mattalitti lahir di Jakarta, 10 Mei 1959.
Ia adalah administrator sepak bola Indonesia yang menjabat sebagai ketua umum PSSI-KPSI periode 2012 hingga 2016.
Dia terpilih pada tanggal 18 Maret 2012, menggantikan Djohar Arifin Husin melalui kongres luar biasa yang diprakarsai oleh Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI), di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta.
Namun setelah KPSI melebur dengan PSSI dia diangkat menjadi Wakil Ketua PSSI menggantikan Farid Rahman 2013-2015.
Pria berdarah Bugis yang besar dan menghabiskan waktunya di Surabaya ini sebelumnya dikenal sebagai salah satu pengusaha dan tokoh di Jatim.
Pada 18 April 2015, ia terpilih sebagai Ketua Umum PSSI dalam voting yang dilakukan di Kongres Luar Biasa PSSI, Hotel JW Marriott, Surabaya.
Ia mendapatkan total 94 suara, mengalahkan Syarif Bastaman yang mendapatkan 14 suara.
Kandidat lainya seperti Subardi, Sarman, Muhammad Zein, dan Benhard Limbong tidak mendapat suara.
La Nyalla Mattalitti juga adalah Ketua Umum Kadin Jatim, mantan Ketua Umum PSSi, dan juga Caleg DPD RI pada Pileg 2019 dari daerah pemilihan Jawa Timur.
Kehidupan Pribadi
La Nyalla merupakan pria berdarah bugis dengan nama lengkap La Nyalla Mahmud Matalitti.
Ia merupakan cucu dari Haji Mattalitti seorang saudagar Bugis Makassar yang terkenal di Surabaya.
La Nyalla menghabiskan masa kanak-kanak hingga dewasa di Surabaya.
Ia cukup dikenal dalam bidang olahraga khususnya organisasi bola nasional.
Tidak hanya itu, ia juga terkenal sebagai sosok pengusaha di Jawa Timur.
Ia memulai karirnya sebagai seorang pengusaha sudah sejak muda.
Tepatnya pada tahun 1989, ia membuat pameran kreativitas anak muda.
Namun, bukannya sukses menggalang peserta kegiatan tersebut justru tak dihadiri oleh siapapun.
La Nyalla mengalami kerugian bahkan ia sempat dikejar oleh penagih utang.
La Nyalla mencoba bertanggung jawab atas apa yang telah terjadi, ia akhirnya bersedia untuk mengangsur utangnya tersebut.
Tidak mudah menyerah, ia kembali ingin membuat event.
Namun, event kali ini sukses.
Dan akhirnya ditetapkan sebagai Surabaya Expo dan menjadi agenda tahunan.
Dari situlah ia akhirnya dikenal sebagai pengusaha dan juga seorang birokrat.
Data diri:
Nama: La Nyalla Mattalitti
Nama Lahir: La Nyalla Mahmud Mattalitti
Instagram: @lanyallamm1
Lahir: Jakarta, Indonesia, 10 Mei 1959
Kebangsaan: Indonesia
Pasangan: Muchmudah
Hubungan: Hatta Ali (paman)
Tempat tinggal: Jakarta, Indonesia
Orang Tua: Mahmud Mattalitti.
Anak:
Aisyah Laila Rachmi
Ali Affandi
Aulya Rachmi Ramadhani.
Riwayat Pendidikan:
SD Bhinneka Bhakti, Surabaya (1965-1971)
SMP Negeri 1 Surabaya (1971-1974)
SMA Negeri 3 Surabaya (1974-1977)
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (1977-1984).
Riwayat Pekerjaan:
Manajer PT Airlanggatama Nusantara Sakti.
Komisioner PT Airlangga Media Cakra Nusantara.
Komisioner PT Pelabuhan Jatim Satu.
Riwayat Organisasi:
Ketua Umum MPW Pemuda Pancasila Jawa Timur.
Bendahara GM Kosgoro Jawa Timur.
Bendahara Dewan Perwakilan Daerah (DPD) KNPI Jawa Timur.
Ketua HIPMI Jawa Timur.
Deputi bendahara DPD Golkar Jawa Timur.
Ketua Dewan Perwakilan Wilayah (DPW) Partai Patriot Pancasila Jawa Timur.
Kepala Cabang Partai Patriot.
Ketua DPW Asosiasi Konsultan Indonesia (ASKONI) Jawa Timur.
Kepala GAPEKNAS.
Kepala Asosiasi Tenaga Ahli Konstruksi Indonesia (ATAKI).
Kepala Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Jawa Timur.
Wakil Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jawa Timur.
Ketua Pengprov PSSI Jawa Timur.
Anggota Komite Eksekutif PSSI.
Ketua Umum PSSI (versi KPSI).
Wakil Ketua Umum PSSI.
Ketua Umum PSSI.
Anggota Istimewa Partai Bulan Bintang.
(TribunNewsmaker/*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnewsmaker.com dengan judul Kini Jadi Ketua DPD, Terungkap Harta Kekayaan La Nyalla Mattalitti, Lebih dari Rp 10 Miliar!