TRIBUN-TIMUR.COM, MAMUJU - Gusdurian Pasangkayu, Himpinan Mahasiswa Islam (HMI) dan Jurnalis Pasangkayu yang tergabung dalam Aliansi Gerakan 30 September unjuk rasa tolak RUU kontroversial, Senin (30/9/2019).
Massa aksi Gerakan 30 September longmarch dari Tugu Sawit menuju Mapolres Pasangkayu dipimpin oleh koordinator lapangan Muhammadd Rabbi.
Bandingkan Penampilan Mulan Jameela, Krisdayanti, Rieke, Rachel saat Dilantik Jadi Anggota DPR RI
Kampus Baru Politeknik Nusantara Makassar Buka Tiga Prodi
Hari Pertama Penjaringan, 3 Balon Bupati Maros Mendaftar ke PKS
Anggaran Pilkada 2020 Tak Sesuai Usulan, Ini Tanggapan Bawaslu Majene
Pemerintah Desa Tamarupa Pangkep Gelar Penyerahan Kartu Identitas Anak
Mereka membawa sejumlah spanduk berisi tuntutan dan dibentangkan di depan massa aksi, serta beberapa atribut organisasi.
Adapun tuntutan Aliansi Gerakan 30 September, diantaranya; mendorong Perpu untuk membatalkan UU KPK, menolak revisi RUU Konroversial, mendorong segera disahkanmi RUU PKS.
Menolak kenaikan Iuran BPJS, hentikan meliterisme di Papua, hentikan kriminalisasi aktivis dan Pers, usut tuntas pelaku penembakan Mahasiswa di Kendari dan tuntaskan konflik Agraria Kabupaten Pasangkayu.
Koordinator Gusdurian Pasangkayu Zaldy Halim mengungkapkan, aksi solidaritas ini adalah murni kegelisahan anak muda yang resah melihat kondisi bangsa hari ini dan berempati atas kasus penembakan mahasiswa Univesitas Haluoleo.
"Kami juga menyampaikan keprihatinan maraknya kriminalisasi aktivis dan jurnalis, mestinya penyelesaian masalah tidak dilakukannya dengan cara-cara represifitas,"kata Saldy Halim.
Pendiri Gusdurian Kabupaten Pasangkayu Mursyid menuturkan mereka kita tidak bisa menutup mata atas kasus-kasus kemanusiaan yang terjadi di negerii ini.
"Kita harus hadir sebagai solusi di tengah-tengah masyarakat atas setiap permasalahan yang terjadi, masing-masing kita berbagi peran untuk mencarikan solusi permasalahan di negeri kita ini, terkhusus bagi pengambil kebijakan,"ujarnya.
Seharusnya, kata dia, aspirasi mahasiswa tidak ditanggapi dengan cara-cara represifitas, seharus diselesaikan dengan pendekatan dialog.
Massa aksi ditemui wakil ketua DPRD Yaumil Ambo Djiwa beserta anggota DPRD lainnya.
Kata Yaumil Ambo Djiwa, DPRD mengapresiasi tuntutan mahasiswa dan akan melanjut aspirasi tersebut ke pusat sebagai aspirasi masyarakat Kabupaten Pasangkayu.
Selain unjuk rasa, massa aksi juga melakukan Salat Ghaib di halaman Mapolres, bersama Kapolres Pasangkayu beserta jajarannya untuk korban penembakan mahasiswa di Kendari. (tribun-timur.com)
Laporan Wartawan Tribun-Timur.com, @nurhadi5420
Langganan berita pilihan tribun-timur.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribuntimur
Follow akun instagram Tribun Timur:
Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur: