Arifin Jeneponto yang Dilaporkan Diculik Ternyata Ditangkap Polisi, Narkoba?

Penulis: Ikbal Nurkarim
Editor: Imam Wahyudi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wakil Bupati, Kapolres, dan Dandim tiba dilokasi blokade jalan raya di kampung Ci'nong, Kelurahan Tonrokassi, Kecamatan Tamalatea, Jeneponto, Sulsel, kembali membuka blokade jalan, Kamis (12/9/2019)

Ia mengenang hari pertama pelantikan mendiang BJ Habibie sebagai presiden. Joseph Osdar kemudian mengatakan saat itu ada momen yang tak bisa ia lupakan hingga saat ini.

"Waktu itu mohon maaf, pagi kan pelantikan Pak Habibie," kata Joseph Osdar dikutip TribunJakarta.com dari tayangan langsung Kompas TV pada Kamis (12/9/2019).

Joseph Osdar menjelaskan seusai dilantik, BJ Habibe tak kembali ke rumahnya namun memilih untuk menetap di Istana hingga malam.

"Malam itu kan beliau tidak pulang terus tinggal di wisma negara," ucap Joseph Osdar.

Ternyata Prabowo Pernah Dilarang Masuk Istana saat Presiden BJ Habibie Dilantik, Senjata Alasannya (YouTube Kompas TV)

Tiba-tiba Prabowo Subianto datang ke Istana Negara dan ingin bertemu dengan BJ Habibie.

Joseph Osdar mengatakan, Prabowo Subianto yang mungkin terbiasa langsung masuk ke Istana Negara karena berstatus sebagai menantu Soeharto, masih mengenakan seragam kesatuannya.

"Kemudian mohon maaf, Pak Prabowo ingin bertemu," kata Joseph Osdar.

"Tapi kan beliau masih terbiasa masuk istana dengan bebas, karena menantu presiden. Beliau mungkin lupa Presidennya Habibie. Waktu itu Prabowo mau masuk tapi kan masih mengenakan pakaian, mohon maaf Pangkostrad yang baru dihentikan," tambahnya.

Prabowo Subianto kala itu langsung dicegah masuk oleh para ajudan dan penasihat BJ Habibie, yakni TB Hasanuddin, Sintong Panjaitan, dan Hermintoyo.

Joseph Osdar menjelaskan Prabowo Subianto saat itu bukan sekadar masih mengenakan seragam lengkap, tapi juga turut membawa senjata.

Ajudan BJ Habibie meminta dengan sopan Prabowo Subianto untuk menyerahkan senjatannya sebelum bertemu dengan presiden ketiga.

"Tapi tidak diperkenankan karena masih bawa senjata," kata Joseph Osdar.

"Ada Pak TB Hasanuddin, ada Pak Sintong (Panjaitan). Yang meminta senjata waktu itu, Hermintoyo.Pak, tolong itu senjatanya taruh dulu di sini," imbuh Joseph Osdar meniru ucapan Hermintoyo.

Joseph Osdar mengaku kejadian tersebut memiliki kenangan tersendiri baginya. "Itu menjadi sejarah tersendiri," ujarnya.

Sejarah mencatat, BJ Habibibe dan Prabowo Subianto memang pernah punya hubungan tak harmonis di awal era reformasi.

BJ Habibie adalah sosok yang melengserkan Prabowo Subianto dari jabatan bergengsi, Panglima Kostrad.

Pelengseran Prabowo pun berlangsung dramatis. Hanya sehari setelah BJ Habibie dilantik jadi Presiden RI pada 22 Mei 2019.

BJ Habibie membuat keputusan besar dengan mencopot Letjen Prabowo Subianto dari jabatan Panglima Kostrad pada 23 Mei 1998.

Keputusan besar itu diambil Habibie setelah mendengar laporan Panglima ABRI Jenderal Wiranto mengenai pergerakan pasukan Kostrad secara besar-besaran dari luar kota menuju Jakarta.

Selain itu, sebagian di antara pasukan itu disebut telah "mengepung" kediaman Habibie di Kuningan dan Istana Kepresidenan.

Setelah memutuskan pencopotan Prabowo yang digantikan sementara oleh Letjen Johny Lumintang, Habibie mendapat laporan bahwa Prabowo ingin bertemu.

Habibie mengaku menyimpan kekhawatiran saat menantu presiden kedua RI Soeharto itu ingin bertemu.

"Bagaimana sikap dan tanggapan Pak Harto mengenai kebijakan saya menghentikan Prabowo dari jabatannya sebagai Pangkostrad? Apakah Beliau tersinggung dan menugaskan menantunya untuk bertemu saya," tulis Habibie dalam buku Detik-detik yang Menentukan. Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi (2006).

Hal lain yang mengganggu pikiran Habibie adalah jika Prabowo membawa senjata. Menurut peraturan, siapa pun yang menghadap Presiden memang tidak diizinkan membawa senjata.

"Tentunya itu berlaku untuk Panglima Kostrad. Namun bagaimana halnya dengan menantu Pak Harto? Apakah Prabowo juga akan diperiksa? Apakah pengawal itu berani?" tulis Habibie.

Habibie juga berpikir, bisa saja dia menolak Prabowo.

Namun, Prabowo tetap dianggap perlu didengar pendapatnya.

Sebab, dialog dianggap Habibie sebagai proses untuk saling mengerti dan memahami.

Pertemuan pun dilakukan pada 23 Mei 1998.

Habibie mengungkap bahwa obrolan mereka dilakukan dalam bahasa Inggris, sebagaimana biasa ketika mereka bertemu.

Dialog itu pun berlangung cukup panas.

"Ini suatu penghinaan bagi keluarga saya dan keluarga mertua saya Presiden Soeharto. Anda telah memecat saya sebagai Pangkostrad," demikian ucapan Prabowo, seperti yang diungkap Habibie.

Habibie pun menjawab bahwa dia tidak memecat Prabowo, melainkan mengganti jabatannya.

Setelah mencopot dari jabatan Pangkostrad, Prabowo memang ditempatkan sebagai Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI.

Namun, Prabowo menanyakan alasan pencopotan itu.

Ketika itu Habibie pun menjawab bahwa ada gerakan pasukan Kostrad menuju Jakarta, yaitu kediaman Habibie di Kuningan dan Istana Merdeka.

Prabowo pun memberikan penjelasan. "Saya bermaksud untuk mengamankan Presiden," ujar Prabowo.

Setelah itu, Habibie menyanggah. Dia menyebut bahwa mengamankan presiden bukan tugas Pangkostrad, melainkan Pasukan Pengamanan Presiden.

Lagipula, gerakan Pangkostrad dilakukan tanpa sepengetahuan Panglima ABRI.

"Presiden apa Anda? Anda naif!" jawab Prabowo saat itu.

"Masa bodoh, saya Presiden dan harus membereskan keadaan bangsa dan negara yang memprihatinkan," balas Habibie.

Melihat respons Habibie yang tetap keras, Prabowo kemudian meminta tetap diizinkan memegang Kostrad.

"Atas nama ayah saya Profesor Soemitro Djojohadikusumo dan ayah mertua saya Presiden Soeharto, saya minta Anda memberikan saya tiga bulan untuk tetap menguasai pasukan Kostrad," ujar Prabowo.

Soemitro dan Soeharto memang dua nama yang selama ini dihormati oleh Habibie. Namun, Habibie tetap menolak.

"Berikan saya tiga minggu atau tiga hari saja untuk masih dapat menguasai pasukan saya," ucap Prabowo.

Habibie tetap menolak. "Tidak! Sebelum matahari terbenam semua pasukan sudah harus diserahkan kepada Pangkostrad baru! Saya bersedia mengangkat Anda menjadi duta besar di mana saja," ujar Habibie.

Prabowo menolak tawaran duta besar. "Yang saya kehendaki adalah pasukan saya."

"Ini tidak mungkin, Prabowo," ujar Habibie.

Tak lama kemudian, penasihat militer presiden, Letjen Sintong Panjaitan, masuk ke ruangan. Sintong meminta Prabowo untuk meninggalkan ruangan. Sintong beralasan Habibie masih memiliki agenda lain, yaitu bertemu Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri.

Sebelum pergi, Prabowo minta agar Presiden Habibie bersedia menjadi perantara agar dia dapat berbicara dengan Pangab Wiranto. Habibie kemudian meminta ajudan menghubungi, namun Wiranto tak dapat dihubungi.

Untuk kedua kalinya, pintu dibuka. Sintong pun meminta Prabowo meninggalkan ruangan. Tak lama kemudian, Prabowo pun pergi.

"Saya masih sempat memeluk Prabowo dan menyampaikan salam hormat saya untuk ayah kandung dan ayah mertua Prabowo," tulis Habibie.

Tanggapan Prabowo

Dalam wawancara kepada Majalah Panji pada 27 Oktober 1999, Prabowo mengungkap alasannya bertemu Habibie.

"Saya datang ke Habibie karena sebelumnya dia selalu berkata, 'Bowo, kalau ada keragu-raguan, jangan segan-segan menemui saya'," tutur Prabowo.

Selain itu, Prabowo mengaku ingin menanyakan alasan pergantian itu. Saat itu, Habibie meminta Prabowo untuk mengikuti pergantian tersebut.

"Habibie bilang turuti saja perintah atasan. 'Ini kemauan ayah mertua kamu juga'. Jadi, Pak Harto memang minta saya diganti," tutur Prabowo.

Tidak hanya itu, Prabowo membantah tudingan yang menyebut dia ingin melakukan kudeta. Menurut dia, tidak ada alasan untuk melakukan kudeta.

"Inkonstitusional, tidak demokratis, dan lebih berat lagi, secara psikologis saya ini kan terkait dengan keluarga Pak Harto. Kalau Pak Harto sudah menyerahkan ke Habibie, masak saya mau kudeta?" ujar Prabowo.

"Anda tahu paman saya gugur sebagai pahlawan muda. Kakek saya pejuang. Moyang saya, selalu berjuang melawan penjajah kolonial Belanda. Bagaimana mungkin saya menodai garis keturunan yang begitu saya banggakan, dengan berpikir mengambil alih kekuasaan secara inkonstitusional," kata Prabowo.(*)

Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Cerita Wartawan Senior Saat Pelantikan Presiden BJ Habibie, Prabowo Sempat Dilarang Masuk Istana, https://medan.tribunnews.com/2019/09/12/cerita-wartawan-senior-saat-pelantikan-presiden-bj-habibie-prabowo-sempat-dilarang-masuk-istana?page=all.

Berita Terkini