Apa Merayakan Tahun Baru Islam 1 Muharram Hukumnya Bid'ah? ini Penjelasan Ustadz Abdul Somad (UAS)

Editor: Ilham Arsyam
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ustadz Abdul Somad (UAS)

Benarkah Merayakan Tahun Baru Islam 1 Muharram Hukumnya Bidah? ini Penjelasan Ustadz Abdul Somad ( UAS )

TRIBUN-TIMUR.COM - Tahun Baru Islam 1 Muharram 1441 Hijriah jatuh pada Ahad 1 September 2019.

Di beberapa daerah di Indonesia, masyarakat ramai-ramai memperingati Tahun baru Islam 1 Muharram dengan berbagai kegiatan. Mulai dari mengaji bersama, pawai obor, atau acara lainnya.

Namun di sisi lain, peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram masih jadi perdebatan. Ada yang mengatakan bahwa peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram adalah bid'ah, ada pula yang berpendapat sebaliknya.

Sebagai informasi, bid'ah secara bahasa mempunyai arti membuat sesuatu tanpa ada contoh sebelumnya, seperti dilansir dari islam.or.id.

Al Imam Asy Syatibi dalam Al I’tishom menjelaskan, ada dua definisi bid'ah, yaitu yang berkaitan dengan ibadah dan tradisi.

Definisi bid'ah khusus ibadah adalah suatu istilah untuk suatu jalan dalam agama yang dibuat-buat (tanpa ada dalil, pen) yang menyerupai syari’at (ajaran Islam), yang dimaksudkan ketika menempuhnya adalah untuk berlebih-lebihan dalam beribadah kepada Allah Ta’ala.

Sedangkan pengertian bid'ah untuk hal adat, yaitu suatu jalan dalam agama yang dibuat-buat (tanpa ada dalil, pen) dan menyerupai syari’at (ajaran Islam), yang dimaksudkan ketika melakukan (adat tersebut) adalah sebagaimana niat ketika menjalani syari’at (yaitu untuk mendekatkan diri pada Allah). (Al I’tishom, 1/26, Asy Syamilah).

Kembali pada peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram, apakah bi'ah?

Bukannya kalender hijriah baru ada di zaman Khalifah Umar Radhiyallahu'anhu?

Terkait hal tersebut, Ustaz Abdul Somad punya penjelasan.

Dalam sebuah ceramahnya, Ustaz Abdul Somad menjelaskan, saat ini banyak orang yang terjebak dalam label atau penamaan.

"Orang sekarang terjebak pada label atau nama. Peringatan 1 Muharram tidak boleh, bid'ah, dolalah, neraka. Buang kata peringatan itu. Buat apa? Ngaji Muharram, ngaji, hijrah." kata Ustaz Abdul Somad.

Baca: Prediksi Skor & Susunan Peman Persija vs Perseru Badak Lampung Jam 15.30 Wib, 5 Pemain Inti Absen

"Peringatan Maulid Nabi tak boleh, bid'ah. Oke. Kita lihat baligo besar, tulisannya 'ngaji siroh sejarah nabi'. Isinya itu-itu juga. isinya baca quran, kata sambutan, pengajian, tanya jawab, selesai," ujarnya.

Menurut Ustaz Abdul Somad, hendaknya orang-orang tidak terjebak pada nama, sperti yang selama ini banyak terjadi.

"Maulid Nabi, Isra Mi'raj, Nuzulul Quran, Tahun Baru Hijriah, halal bihalal, tak usah terjebak pada nama. Buang kata peringatan, ganti ngaji," ujarnya.

"Ngaji hijriyah, ngaji lahir nabi, ngaji Isra Mi'raj, ngaji Nuzulul Quran," kata ustaz yang akrab disapa UAS itu.

Baca: Tahun Baru Islam - Diajarkan Rasulullah SAW, ini Lafadz Doa Akhir Tahun & Doa 1 Muharram

Lebih lanjut, Ustaz Abdul Somad mengatakan bahwa munculnya tahun Hijriah ketika masa Khalifah Umar.

Menurutnya, saat itu Umar dan bermusyawarah untuk menentukan kapan Tahun Baru Hijriah akan dimulai.

Berbagai pendapat muncul dan akhirnya disepakati bahwa Tahun baru Hijriyah dimulai dari hijrahnya Nabi Muhammad SAW.

Sebagai bulan pertama tentunya bulan ini memiliki keutamaan.

Salah satu keutamaan itu adalah berpuasa.

Puasa pada bulan Muharam dikenal dengan puasa Asyura.

Bulan Muharram adalah bulan yang disunnahkan memperbanyak puasa, boleh di awalnya, pertengahnnya, atau ahirnya.

Namun yang paling utama adalah pada tanggal sepuluhnya yang disebut hari Asyura.

Puasa sepuluh hari di bulan Muharram terutama pada tanggal 10 Muharram dikenal denga istilah Yaumu Asyura, yang artinya hari pada tanggal kesepuluh bulan Muharram.

Kata Asyura berasal dari kata ‘asyarah’ yang dalam bahasa Arab berarti sepuluh.

Namun selain amalan puasa ternyata oleh banyak ulama ada beberapa amalan yang baik dilakukan di bulan ini.

Berikut 7 diantaranya:

1. Baik Untuk Memperbanyak Sedekah

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al Baqarah : 195)

“Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.” (QS. Al Baqarah : 215)

2. Baik Untuk Menyambung Silaturahmi

“Barang siapa yang menyambungku, maka Allah akan menyambungnya. Dan barang siapa yang memutusku, maka Allah akan memutus hubungan dengannya.” [Muttafaqun ‘alaihi]

“Orang yang menyambung silaturahmi itu, bukanlah yang menyambung hubungan yang sudah terjalin, akan tetapi orang yang menyambung silaturahmi ialah orang yang menjalin kembali hubungan kekerabatan yang sudah terputus.” [Muttafaqun ‘alaihi]

3. Baik Untuk Meningkatkan Ibadah Shalat Wajib dan Sunah

“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan sholat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al Baqarah(2) : 3)

“Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.” (QS. Al Baqarah(2) : 43)

“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) sholat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,” (QS. Al Baqarah(2):45)

4. Baik Untuk Menjenguk Orang Sakit

Apabila seseorang menjenguk saudaranya ?ap? muslim (yang sedang sakit), maka (seakan-akan) dia berjalan sambil memetik buah-buahan Surga sehingga dia duduk, apabila sudah duduk maka diturunkan kepadanya rahmat dengan deras. Apabila menjenguknya di pagi hari maka tujuh puluh ribu malaikat mendo’akannya agar mendapat rahmat hingga waktu sore tiba. Apabila menjenguknya di sore hari, maka tujuh puluh ribu malaikat mendo’akannya agar diberi rahmat hingga waktu pagi tiba.” (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Imam Ahmad dengan sanad shahih).

5. Baik Untuk Berziarah Kepada Ulama

“Aku meminta izin kepada Rabb-ku untuk memintakan ampunan bagi ibuku, namun aku tidak diizinkan melakukannya. Maka aku pun meminta izin untuk menziarahi kuburnya, aku pun diizinkan. Berziarah-kuburlah, karena ia dapat mengingatkan engkau akan kematian.” (HR. Muslim no.108, 2/671)

“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya).” (QS. At Taubah: 113)

6. Baik Untuk Menambah Nafkah Terhadap Keluarga

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS. An Nisa: 34).

7. Baik Untuk Menyantuni Anak Yatim

“Siapa yang mengusapkan tangannya pada kepala anak yatim, di hari Asyuro’ (tanggal 10 Muharram), maka Allah akan mengangkat derajatnya, dengan setiap helai rambut yang diusap satu derajat.”

“Saya dan orang yang menanggung hidup anak yatim seperti dua jari ini ketika di surga.” Beliau berisyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah, dan beliau memisahkannya sedikit.” (HR. Bukhari no. 5304)

Berita Terkini