Beginilah Ulah 'Penumpang Gelap' yang Rugikan Prabowo Subianto dan Gerindra, tapi Dibikin Gigit Jari

Editor: Edi Sumardi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Saat Jokowi dan Prabowo Subianto bersama menaiki kereta MRT dari Stasiun Lebak Bulus, Sabtu (12/7/2019). Pertemuan ini bersejarah karena menandakan rekonsiliasi di antara dua kubu yang selama ini membuat masyarakat terbelah sepanjang pemilihan presiden.

Mantan Danjen Kopassus itu, kata Sufmi Dasco Ahmad, ingin membuat para "penumpang gelap" tersebut gigit jari.

Sufmi Dasco Ahmad menceritakan, langkah pertama Prabowo Subianto yang tak diduga-duga kelompok "penumpang gelap" tersebut, adalah meminta para pendukungnya agar tak menggelar unjuk rasa saat sidang sengketa hasil Pilpres di Mahkamah Konstitusi (MK).

Presiden terpilih Joko Widodo berbincang dengan mantan Capres 02 yang juga Ketua Partai Gerindra Prabowo Subianto di sebuah rumah makan di Mall FX Sudirman, Jakarta, Sabtu (13/7/2019). Setelah ketegangan politik yang terjadi pasca PIlpres 2019, kedua tokoh tersebut akhirnya bertemu di Stasiun MRT Lebak Bulus dan bersama-sama menuju FX Sudirman. WARTA KOTA/ALEX SUBAN (WARTA KOTA/ALEX SUBAN)

Putusan ini, kata Sufmi Dasco Ahmad, bikin para "penumpang gelap" itu gigit jari.

"Itu di luar dugaan banyak orang, itu namanya "penumpang gelap" gigit jari," kata Sufmi Dasco Ahmad.

Langkah Prabowo Subianto berikutnya adalah memutuskan untuk bertemu presiden terpilih Joko Widodo.

Langkah ini, kata Sufmi Dasco Ahmad, juga membuat para "penumpang gelap" itu ngenes.

Posisi Partai Gerindra Saat Ini

Rachmawati Soekarnoputri menampik Partai Gerindra merapat pada kubu koalisi.

Menurut dia, partai berlambang burung garuda ini tetap menjadi partai oposisi.

"Masih sampai saat ini (jadi oposisi)," ujar dia.

Dirinya berpandangan, lebih tepat rasanya Partai Gerindra menjadi opisisi sebagaimana sejak awal dilahirkan memiliki visi sebagai antitesa dari pemerintahan.

"Sebaiknya di luar sistem pemerintahan (oposisi) karena kita akan memperbaiki sistem. Dan saya selalu mengatakan sejak awal Partai Gerindra itu sudah memposisikan diri sebagai antitesa dari pada sistem sekarang. Karena sistem yang sekarang ini adalah diametral (bertentangan) dengan UUD 1945," jelasnya mengatakan.

Lebih lanjut, ia mengatakan, jika pun hendak merapat, perlu pembahasan secara konfrehensif untuk memutuskan sikap politik Partai yang dipimpin oleh Prabowo Subianto dalam periode pemerintahan kedua Joko Widodo.

"Belum, kalau kita secara perkenalan itu biasa. Dalam kita mengambil sikap politik juga harus dibahas dipikirkan secara komprehensif baik manfaat maupun nanti apakah merapat," kata anak ketiga Presiden pertama RI Soekarno ini.

Penjelasan Fadli Zon

Halaman
123

Berita Terkini