TRIBUN-TIMUR.COM - Mahasiswa KKN Tematik Nobel Indonesia Institute dari Posko Desa Lebbotengae, Kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros, mengusung misi besar mulai dari rebranding desa hingga mendorong pembayaran non-tunai.
Kordinator Desa Lebbotengae, Yusri Mahendra, mengatakan ada sejumlah program strategis untuk masyarakat dan pelaku UMKM, mulai dari pelatihan pengelolaan website desa, optimalisasi aplikasi Whatsapp, hingga pembuatan QRIS sebagai alat transaksi.
"Kami memberikan beberapa program kerja strategis kepada masyarakat setempat dengan harapan mampu meningkatkan ekonomi khususnya pelaku UMKM dan meningkatkan daya beli masyarakat," ujarnya, Selasa (12/8).
Yusri menjelaskan pembuatan QRIS menjadi salah satu program utama untuk mempermudah akses warga terhadap pembayaran digital, mengurangi ketergantungan pada uang tunai, dan menciptakan sistem transaksi yang lebih efisien dan aman.
“Melalui pembuatan QRIS, kami ingin memajukan UMKM lokal dengan memberikan alat bagi pelaku usaha kecil untuk bersaing di era digital dan menjangkau lebih banyak pelanggan,” tambahnya.
Mahasiswa lainnya, Agustina Dirgahayu Maloga, menargetkan masyarakat Lebbotengae mampu memanfaatkan aplikasi Whatsapp sebagai asisten keuangan pribadi untuk mengelola keuangan secara teratur dan efektif.
“Dengan adanya program ini, kami berharap masyarakat Desa Maros dapat lebih mudah bertransaksi dan mengelola keuangan. Ini adalah langkah awal menuju kemajuan ekonomi digital di desa,” katanya.
Selain itu, program kerja lainnya mencakup seminar kewirausahaan, pembuatan logo desa, pelatihan desain grafis menggunakan Canva, branding media sosial, serta pengolahan hasil tani menjadi produk olahan.