Ungkap Harga Suara di Malaysia, Caleg Gerindra: 15-25 Ringgit

Editor: Mahyuddin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Caleg Partai Gerindra dari Dapil II DKI Jakarta II yang meliputi Jakarta Pusat, Jakarta Selatan dan luar negeri, Basri Kinas Mappaseng.

TRIBUN-TIMUR.COM - Caleg Partai Gerindra dari Dapil II DKI Jakarta II yang meliputi Jakarta Pusat, Jakarta Selatan dan luar negeri, Basri Kinas Mappaseng, menyayangkan adanya kasus surat suara tercoblos di Malaysia.

Ia menilai temuan surat suara tercoblos di Malaysia menguatkan kecurigaannya terkait dugaan praktek jual beli suara di luar negeri.

"Terungkapnya kasus surat suara tercoblos di Malaysia menguatkan adanya dugaan praktek jual beli suara," kata Basri dalam keterangan tertulisnya, Jumat (12/4/2019).

Sejak sepekan lalu, Basri memang telah secara resmi mengadukan dugaan praktik jual beli suara ini kepada Badan Pengawas Pemilu RI.

Baca: Sebelum Distribusi Logistik, KPU Wajo Akan Musnahkan Surat Suara yang Rusak Besok

Baca: Keganjilan Surat Suara Tercoblos di Malaysia, Beda Persepsi KPU-Bawaslu, 02 Ngotot Dihentikan!

Menurut Basri, jual beli suara terjadi melalui perantara kepada Caleg.

Perantara kebanyakan adalah Warga Negara Indonesia (WNI) yang bekerja di Malaysia.

Diduga, satu suara dihargai 15-25 ringgit.

Hal ini tergantung dari jumlah suara yang ditawarkan, dari 20.000-50.000 suara.

Dalam laporannya, Basri membawa alat bukti berupa rekaman percakapan dirinya dengan seorang perantara yang menawarkan suara ke dirinya.

Menurut Basri, celah kecurangan ini terjadi akibat ketidaktransparanan Panitia Pemilu Luar Negeri (PPLN) Malaysia dalam menerapkan sistem.

Di samping itu, beberapa anggota panitia itu merupakan wakil duta besar Indonesia untuk Malaysia ataupun Atase Sosbud KBRI yang menjabat Ketua PPLN Kuala Lumpur.

Baca: 5 Fakta Davin Kirana Anak Bos Lion Air yang Namanya Sudah Tercoblos di Surat Suara Pileg di Malaysia

Baca: Heboh Surat Suara Tercoblos di Malaysia, Davin Kirana Anak Bos Lion Air dan Dubes Diamuk Warganet

Seharusnya, kata Basri, dalam penyelenggaraan Pemilu di luar negeri lebih baik menggunakan masyarakat maupun mahasiswa Indonesia sebagai panitia.

Dirinya juga mengkritik sistem pemilihan memakai metode pos lantaran bisa menjadi celah kecurangan surat suara.

"Ini sangat rawan untuk diselewengkan,” ujar Basri menegaskan.

Basri mendorong temuan surat suara tercoblos ini diusut tuntas dan ditindak tegas siapapun pelakunya.

Halaman
12

Berita Terkini