Terkait hal itu, Robikin mengatakan, berbagai hasil survei sudah melansir radikalisme yang ditandai sikap intoleran.
Bahkan, kata Robikin, gamblang diketahui publik adanya kampanye khilafah yang cukup marak sebelum badan hukum Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dicabut.
"Kampanye khilafah itu bahkan masih dijumpai dalam tahun politik sekarang ini, di media sosial," kata Robikin.
Ia menegaskan, segenap komponen bangsa wajib untuk menjaga keutuhan NKRI, baik keutuhan teroterial, sumber daya alam, maupun budayanya.
Menurut Robikin, khilafah yang hendak menghapus sekat-sekat bangsa dan negara adalah ancaman nyata terhadap keutuhan NKRI.
"Kiai Said Aqil, NU dan kita semua layak terus mengampanyekannya agar cita-cita didirikannya Indonesia dapat kita wujudkan bersama," tutur dia.
"Untuk kepentingan hal itu, kami semua, baik selaku warga maupun pengurus NU, akan senantiasa berdiri di belakang Kiai Said Aqil," ujar Robikin.
Baca: Bandingkan Komentar Mahfud MD, PBNU dan MUI Soal Polemik Puisi Neno Warisman di Malam Munajat 212
Baca: Debat Jumlah Massa Reuni 212 Berlanjut, Cuitan Dubes Arab Saudi yang Diprotes PBNU
Baca: Gara-gara Jenderal Kardus, Koalisi Prabowo Memanas Sementara Koalisi Jokowi Bergolak karena PBNU
Pernah Janji Tak Bawa NU ke Panggung Politik
Ketua Umum terpilih Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj berjanji tidak akan membawa NU ke panggung politik. Dia akan fokus pada pengembangan ekonomi kerakyatan dan pendidikan rakyat kecil.
"Saya tidak memiliki agenda politik, agenda saya hanyalah agenda NU, bukan yang lain," katanya usai pemilihan di forum Muktamar NU ke-33 di alun-alun Jombang, Kamis (6/8/2015) dini hari.
Selain itu, dalam agenda lima tahun ke depan, Said juga akan lebih fokus pada program kepemudaan, khususnya dalam penguatan ideologi ahlussunnah wal jamaah untuk menghindari pengaruh serangan ideologi Islam radikal.
"Kami akan buat NU menjadi Jam'iyah yang lebih moderat, dan toleran, dan bermanfaat bagi warga NU, bangsa, dan bahkan dunia," ujarnya.
Said Aqil kembali terpilih memimpin NU untuk masa bakti 2015-2020. Dalam sidang voting pemilihan Ketua Tanfidziyah PBNU dini hari tadi, Said berhasil menghimpun 287 suara, setelah itu As'ad Ali dengan 107 suara, dan KH Sholahudin Wahid (Gus Sholah) 10 suara.
Sidang pemilihan yang dipimpin Sekretaris PWNU Jatim, Prof Akhmad Muzakki sebenarnya akan melakukan pemilihan tahap dua karena syarat maju di pemilihan tahap dua bagi As'ad Ali adalah 99 suara. Namun mantan pimpinan Badan Intelijen Negara (BIN) itu memilih mundur dari pemilihan, dan memilih mendukung Said Aqil.
Dalam kesempatan itu, KH Mustofa Bisri (Gus Mus) mengundurkan diri dari Rois A'am dan digantikan dengan KH Ma'ruf Amin. Mekanisme pemilihan Rois A'am pada muktamar kali ini menggunakan mekanisme Musyawarah mufakat ulama atau Ahlul Halli Wal'aqdi (Ahwa).
(Kompas.com)
Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube Tribun Timur :
Jangan Lupa Follow akun Instagram Tribun Timur: