TRIBUNPALU.COM, PALU - Ratusan ibu-bu di Desa Rogo, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah mengkuti pelatihan pengenalan mitigasi bencana berbasis kearifan lokal, Kamis (21/3/2019).
Pelatihan terpusat di kompleks Pasar Desa Rogo itu, dieselenggarakan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sulawesi Tengah, Sulteng Bergerak, Yayasan Merah Putih (YMP) dan Forum Rogo Bangkit.
Pelatihan diselenggarakan sejak Rabu, (19/3/2019) kemarin ini.
Juga diramaikan warga daari desa tetangga, ada Desa Bulubete, Baluase, Sambo, Pulu, Poi dan Ramba.
Manager Divisi Kampanye, Stevandi mengatakan, konsep mitigasi bencana dikemas dalam kearifan lokal perlu dilakukan.
Sebab, mengandung nilai tradisi yang sudah turun-temurun dijalankan.
Memang pada akhirnya kata Stevandi, tidak jarang muncul pandangan masyarakat saat ini yang meletakkan kearifan lokal sebagai metode yang lama dan harus ditinggalkan.
"Padahal kearifan lokal yang ada cenderung terbungkus dalam sebuah pesan yang harus dijabarkan agar dapat diimplementasikan," katanya kepada Tribunpu.com, di sela-sela kegiatan.
Contoh sederhana ujar Stevandi, yaitu proses mitigasi dalam menghadapi bencana gempabumi.
Saat terjadi gempa, warga Sulawesi Tengah misalnya, khususnya Rogo, sudah tahu di mana saja jalur evakuasi dan titik kumpul yang aman.
"Tentu dalam daerah tertentu, mereka mengenal kata-kata lokal yang diteriakkan saat bencana terjadi, teriakan ini merupakan bentuk peringatan kepada warga lainnya bahwa terjadi bencana gempa," jelas Stevandi.
Stevandi berpendapat, mitigasi bencana berbasis kearifan lokal perlu dilaksanakan secara intensif.
Apalagi masyarakat Kota Palu, Kabupaten Sigi, Donggala dan Parimo, hidup di atas sesar paling akif di dunia.
Sehingga tingkat kerawanan bencana gempa bumi cukup tinggi.
Di tempat yang sama, Kepala Desa Ramba, Fuad Hudin, berharap agar warga yang ikut kegiatan mitigasi serius mengikuti kegiatan.