Warga asal Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah ini mengaku sangat sedih atas kejadian itu.
Kondisi ekonomi keluarga sangat berpengruh setelah dirinya dirumahkan.
Meskipun gaji sebagai tenaga perawat kontrak di rumah sakit itu masih terbilang rendah, namun setidaknya bisa membantu suami menghidupi keluarga dan memenuhi biya dua orang anaknya.
Sebelum gempa, Linda masih memiliki rumah dan kendaraan.
Tapi nasib berkata lain.
Gempa beragnitudo 7,4 itu melenyapkan rumah beserta kendaraan miliknya.
"Saya tidak punya keduanya lagi, kemudian dirumahkan pula. Jadi sekarng tinggal di kos-kosan bersama suami dan dua orang anak," akunya.
Untuk makan setiap hari Linda masih berharap gaji sang suami.
Ia hingga saat ini belum mendapatkan pekerjaan.
Bersama suami Linda menata hidup baru di sebuah kos-kosan di Jl. Walet, Kelurahan Tatura Selatan, Kecamatan Palu Selatan, Palu, Sulawesi Tengah.
"Tolong pemerintah bisa melihat kami, dan bisa memikirkan nasib kami," katanya.
Sebgai penyintas, Linda berharap ada perhatian pemerintah dalam pemulihan ekonomi masyarakat.
"Tujuh tahun itu bukan waktu yang singkat," katanya.
"Setidaknya pemerintah bisa tahu bahwa, oh, ini pada saat bencana dia sementara dinas, rumahnya juga hancur," keluhnya.
Linda kemudian mengingat kembali pada saat tahu dirinya masuk dalam daftar perawat yang dirumahkan.