Tribun RT RW

Posyandu di RW 2 Mattoangin Tetap Aktif Meski Fasilitas Tak Layak, Warga Minta Perhatian Pemerintah

Editor: Saldy Irawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Posyandu RW 2 Mattoangin masih menjadi tempat utama bagi warga untuk mengakses layanan kesehatan dasar, terutama bagi ibu dan anak. Hanya saja fasilitas di posyandu ini tidak terawat dengan baik

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Di tengah keterbatasan fasilitas, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di RW 2, Kelurahan Mattoangin, Kecamatan Mariso, Kota Makassar, tetap aktif menjalankan kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak setiap bulan.

Namun, warga setempat berharap ada perhatian serius dari pemerintah terhadap kondisi posyandu yang dinilai sudah tidak layak pakai.

Pejabat Sementara (PJS) RT 3 RW 2, Cenci (48), saat ditemui di rumahnya pada Senin (4/8/2025) sore, mengatakan bahwa warga membutuhkan bantuan untuk memperbaiki posyandu tersebut.

“Maunya kalau ada yang bantu perbaiki itu posyandu,” kata Cenci.

Menurut Cenci, posyandu masih menjadi tempat utama bagi warga untuk mengakses layanan kesehatan dasar, terutama bagi ibu dan anak.

Selain itu, posyandu juga kerap digunakan oleh mahasiswa dari berbagai kampus saat melaksanakan praktik kerja lapangan (PKL).

“Itu posyandu aktif tiap bulan. Kalau ada kegiatan atau mahasiswa PKL, biasa juga mereka minta izin pakai posyandu,” ujarnya.

Namun, Cenci menilai semangat para kader dan partisipasi warga yang sudah tinggi tidak diimbangi dengan sarana yang memadai.

Kondisi bangunan dan perlengkapan posyandu yang terbatas menjadi kendala dalam memberikan pelayanan yang optimal.

Berdasarkan pantauan Tribun Timur, kondisi posyandu tersebut memprihatinkan.

Plafon bangunan tampak ambruk, kaca jendela pecah, beberapa bagian dinding roboh, lantai tegel sudah rusak, serta cat dinding yang mengelupas. 

Meja dan kursi di dalam ruangan pun terlihat rusak dan tidak layak digunakan.

Selain permasalahan posyandu, warga RT 3 juga mengeluhkan kondisi lorong wisata yang sudah lebih dari satu tahun tidak dicat ulang. Warna cat mulai memudar dan tampilan lorong tampak kurang terawat.

“Iyo, mau itu dicat lagi. Sudah satu tahun barangkali belum dicat,” ungkap Cenci.

Meski begitu, warga tidak tinggal diam. Mereka bergotong-royong memperbaiki lorong wisata secara swadaya, tanpa mengandalkan bantuan dari pemerintah. Pengecatan ulang dilakukan oleh warga, RT, RW, dan pemuda setempat.

Halaman
12

Berita Terkini