Begini Reaksi Rocky Gerung Usai Kembali Dilaporkan ke Polisi karena Diduga Menghina Haji Agus Salim

Editor: Ilham Arsyam
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rocky Gerung

Rocky mengatakan bahwa petahana seharusnya diuntungkan dengan statusnya sebagai pemangku kebijakan saat ini.

"Mereka yang undecided ini, undecided terhadap petahana. Sebab, seharusnya ada captive market terhadap petahana. Namun, nyatanya, justru bertambah. Itu mencengangkan kita," urainya.

Pengamat Politik, Rocky Gerung penuhi panggilan kepolisian terkait kasus penodaan agama di Ditkrimsus Polda Metro, Jakarta Selatan, Jumat (1/2/2019). Ia berjalan sambil mengacungkan jari telunjuknya ke arah langit biru. (Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha)

Berbagai cara yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo sebagai calon presiden dari unsur petahana nyatanya tak banyak memberikan efek elektabilitas. Utamanya, bagi kalangan milenial.

Selain itu, ia juga mengkritik program infrastruktur di era Jokowi. Yang mana, pembangunan besar-besaran tersebut hanya bisa mengangkat pertumbuhan ekonomi di angka 5,1 persen.

"Seluruh cerita sukses itu, mulai bangun jembatan, infrastruktur, faktanya hanya bisa membuat pertumbuhan ekonomi tak lebih dari 5,1 persen," katanya.

"Padahal, kalau membangun jalan tol, ngumpulin tukang di Jawa untuk membuat jalan, sudah pasti jadi. Bagaimana mungkin, negara mempromosikan prestasinya dengan sekadar membangun jalan tol?" ujarnya.

PRESIDEN Jokowi (jakartainsight.com)

Pembangunan jalan tol tersebut nyatanya membuat angka pengangguran belum banyak teratasi.

"Ini (pekerjaan membangun jalan tol) pekerjaan sangat teknis. Dan dihasilkan dari hutang. Siapa pun bisa melakukan itu," katanya.

"Pada saat yang sama, jalan tol dibangun, ada data bahwa penganggur terbesar di Indonesia di angka 17-26 tahun. Artinya, mereka yang punya kecemasan adalah para generasi milenial," lanjutnya.

Menurutnya, bukan hanya kalangan milenial, kecemasan serupa dirasakan oleh Emak-Emak.

"Yang bisa membaca kecemasan para milenial ini adalah para Emak-Emak. Jadi, kalau ingin melihat ketidakadilan ekonomi, silakan tatap mata emak-emak," ujarnya.

"Mata emak-emak, pagi-pagi harus menyisakan uang belanja untuk memberikan uang jajan kepada anaknya di esok harinya. Ini yang dirasakan emak-emak. Sehingga, seluruh sukses yang diucapkan oleh petahana adalah pencitraan yang dungu," ujarnya.

Ia pun menjadi sangsi dengan data yang dikeluarkan oleh pemerintah. "Apapun dalil yang dikeluarkan petahana, dibatalkan oleh kasus yang ada di setiap hari. Model semacam ini, ada kemuakan terhadap pencitraan," ulasnya.

Menurutnya, berbeda halnya, kalau dicitrakan dalam satu identitas.

"Sebab, kali ini diidentikkan dengan petinju, pemanah, naik motor gede, jadi raja. Apa yang otentik kalau ganti-ganti terus?" katanya.

Halaman
1234

Berita Terkini