Rusdin Tompo, Penulis Buku Melaporkan dari Makassar
Ketua DPW Asosiasi Guru Penulis Indonesia (Agupena) Sulawesi Selatan, Muhammad Ardy Ali SSos MM, memotivasi guru untuk menuangkan pemikiran-pemikiran mereka dalam bentuk buku.
Karena itu, organisasi yang dipimpinnya, yang konsern pada literasi dan kepenulisan membuat program satu buku satu tahun.
"Alhamdulillah, program satu buku satu tahun sudah melampaui target," kata Ardy Ali membuka pembicaraan, Kamis (17/1/2019).
Baca: Cuaca Ekstrem dan Angin Kencang, Begini Imbauan BPBD Gowa
Baca: Luis MIlla JAdi Alasan La Liga Jalin Kerjasama dengan PT LIB
Baca: 3 Fakta Sosok Hans, Pria yang Ditangkap Pesta Narkoba & Disebut-sebut Mantan Pacar Syahrini
Tahun 2018, para guru yang tergabung dalam Agupena menelorkan sebanyak 14 judul buku dari berbagai genre. Ada yang berupa kumpulan puisi, novel, biografi hingga buku-buku nonfiksi. Para penulis buku antara lain berasal dari Maros, Barru, Makassar dan Bulukumba.
Keseluruhan buku itu diluncurkan bersamaan di sebuah cafe di pengujung Desember 2018. Salah satu buku yang diterbitkan, yakni buku Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sulsel, Irman Yasin Limpo, berjudul 'Sang Inovator Pendidikan'.
Pada saat itu juga dilakukan pembukaan Diklat Buku Mapel se-Sulselbar 2018-2019.
Agupena di Sulsel hadir sejak 2013 dan sudah memiliki anggota yang tersebar di 12 daerah yang terbentuk Agupena. Ardy berharap jumlah anggota organisasinya ke depan bisa menjangkau semua daerah di Sulsel.
Baca: Sejarah Berdirinya Lotte Mart, dan Cabangnya di Makassar
Baca: Januari, Pengadilan Agama Belopa Tolak Tiga Perkara Pengesahan Nikah
Baca: Kisah Magfira Ariyundari, Gadis Muda Berbakat Asal Toraja
Apalagi kehadiran oraganisasi itu dirasakan manfaatnya, bukan saja oleh anggotanya, tapi juga bagi kemajuan dunia pendidikan pada umumnya.
"Tahun 2019 ini kami menitikberatkan pada penulisan buku matapelajaran," lanjut Ardy, Guru Sosiologi di SMANKO (SMA Negeri husus Keberbakatan Olahraga ).
Meski disadari bahwa menulis buku mata pelajaran (mapel) tantangannya sangat berat karena harus memenuhi kriteria tertentu. Tapi ceruknya masih terbuka bagi para guru. Agupena, jelas Ardy, bahkan juga membantu para guru menulis jurnal untuk kepentingan karir profesional mereka.
Ketua Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Sulsel, Dr H Abd Halim Muharram MPd, mengatakan bahwa membuat buku ajar itu tidak berat, tapi yang berat itu karena perlu menerobos lingkaran industri perbukuan.
Baca: TRIBUNWIKI: Gammara Gelar Kontes Foto Valentine
Baca: Terakreditasi Paripurna, Dollah Mando Resmikan Gedung Baru Puskesmas Tanrutedong
Baca: Banyak Gedung Kantor Pemkab Luwu Timur Tidak Terawat
Halim Muharram mengakui bahwa para guru masih terlalu jarang menulis. Padahal menulis mestinya menjadi bagian dari tradisi akademik di dunia pendidikan. Menulis sebagai kegiatan literasi, menurutnya, merupakan salah satu kompetensi yang diperlukan di era kekinian oleh guru-guru.
Tapi harus diakui bahwa literasi ini justru menjadi salah satu titik kelemahan guru. Padahal ada banyak manfaat yang diperoleh dari kegiatan seperti itu.
"Menulis bagian dari cara guru mengekspose pemikiran dan kegiatannya. Di situ ada pendidikan karakter dengan nilai-nilai budaya lokal. Ada karakter moral dan karakter kinerja. Apalagi jika buku diterbitkan maka butuh kemampuan komunikasi, kolaborasi dan kreativitas dari guru bersangkutan.