Sudah Tak Terawat, Rumah Adat Atakkae Juga Sepi dari Pelancong di Akhir Pekan

Penulis: Hardiansyah Abdi Gunawan
Editor: Anita Kusuma Wardana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kawasan Rumah Adat Atakkae yang tak terawat dan sepi pelancong di akhir tahun, Sabtu (29/12/2018).

Di bagian belakang, ada taman. Namanya Plaza La Tenri Bali. Rumputnya tumbuh subur dan hijau, fasilitas yang ada rusak, tidak terawat dan terabaikan. Ada warga yang mengembalakan sapinya dalam kawasan.

Dari empat destinasi wisata yang menarik retribusi di Kabupaten Wajo, salah satunya adalah kawasan Rumah Adat Atakkae. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Wajo, Andi Darmawangsa pun menyebutkan, pendapatan asli daerah (PAD) terbesar di Dinas Pariwisata berasal dari pengelolaan kawasan Rumah Adat Atakkae.

"PAD Dinas Pariwisat tahun ini mencapai 126%, yang terbesar itu dari Rumah Adaf Atakkae," kata Andi Darmawangsa beberapa waktu lalu.

Selain menarik retribusi masuk sebesar Rp 2.000 per orang, Dinas Pariwisata juga menarik berbagai retribusi untuk beragam kegiatan dan tarif untuk penggunaannya.

"Untuk penggunaan keseluruhan kawasan, di luar penggunaan rumah adat, itu kita kenakan tarif per hari, Rp 200.000, itu biasanya untuk buat kegiatan," katanya.

Retribusi lainnya, yakni untuk penggunaan Saoraja La Tenri Bali, Rp 200.000 per hari, kepentingan pameran dikenakan Rp 2.500.000 per hari, juga penggunaan lintasan juga berbeda, ada yang Rp 70.000 per tim ada pula yang Rp 15.000 per orang.

Diketahui, APBD 2019 untuk Dinas Pariwisata Rp 1,7 M, sementara Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp 3,2 M.

Berita Terkini