Fakta-fakta Nyak Sandang, Orang yang Bakal Ditemui Ustadz Abdul Somad Malam ini, inilah Kehebatannya

Editor: Ilham Arsyam
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ustadz Abdul Somad (UAS) dan Nyak Sandang

Fakta-fakta Nyak Sandang, Orang yang Bakal Ditemui Ustadz Abdul Somad Malam ini, inilah Kehebatannya

TRIBUN-TIMUR.COM - Dai kondang dengan jutaan follower, Ustaz Abdul Somad (UAS) akan bertemu dengan Nyak Sandang, pemilik obligasi pembelian pesawat RI 001 Seulawah, Minggu (25/11/2018) malam di Hotel Grand Aceh Syariah, Lamdom, Banda Aceh.

Pertemuan Ustaz Abdul Somad (UAS) dengan Nyak Sandang itu dirangkai dalam silaturahim dengan ratusan ulama HUDA, yang kebetulan sedang berkumpul di Banda Aceh.

Baca: Selama ini Kerap Dibully, Perlakuan Beda Diterima Mulan Jameela Saat Unggah Foto Ustadz Abdul Somad

 

Selain itu juga akan ada peluncuran lembaga donasi bernama Rumôh Umat, yang dipimpin Tgk Mustafa Husen Woyla.

Kepada Serambinews.com, Tgk Mustafa Husen selaku Ketua Umum Rumôh Umat mengatakan, acara malam ini lebih bersifat silaturahim antara UAS dengan ulama Aceh.

Hadirnya Nyak Sandang dalam silaturahim ini diharapkan dapat menginspirasi masyarakat untuk  saling membantu, khususnya sesama umat Muslim.

"Semoga dengan hadirnya Nyak Sandang sebagai tamu istimewa, menjadi pemantik bangkitnya sifat kedermawanan dan kerelawanan dari umat Islam di Aceh dan nusantara," kata Tgk Mustafa.

 

 Dok: Mustafa Husen Woyla
Ketua Umum Rumôh Umat, Tgk Mustafa Husen Woyla berfoto dengan Nyak Sandang dan Maturidi Ibrahim sebagai pendampingnya beberapa waktu lalu di Banda Aceh. FOTO MUSTAFA HUSEN WOYLA 

Kisah Nyak Sandang Bantu Negara

Pada 1948, Nyak Sandang, seorang warga Aceh berusia 23 tahun, memutuskan  menjual sepetak tanah dan 10 gram emas miliknya.

Dari penjualan itu, Nyak Sandang mendapatkan uang Rp 100.

Seluruh uang tersebut kemudian ia sumbangkan untuk membantu pemerintah Indonesia membeli pesawat pertamanya, Seulawah RI-001.

Sumbangan Nyak Sandang itu berarti besar bagi perjuangan Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya.

Dikutip dari buku "Peran TNI AU Pada MS Pemerintah Darurat Republik Indonesia Tahun 1948-1949", Pesawat RI-001 berperan penting sebagai sarana untuk menyelundupkan senjata.

Dijelaskan dalam buku yang diterbitkan Sub Divisi Sejarah TNI AU itu, Indonesia pasca kemerdekaan di tahun 1948-1949 sangat memerlukan senjata dan alat komunikasi untuk meneruskan perjuangannya.

KOLASE/SERAMBINEWS.COM
Kolase foto Nyak Sandang turun dari tangga replika pesawat Seulawah RI-001 di Anjungan Aceh Taman

Namun, saat itu blokade Belanda di lautan semakin diperketat.

Mayor Laut Sunar S telah membeli speed boat seharga 15.000 Dollar, tetapi tertangkap oleh musuh dalam pelayaran Singapura-Penang 14 Agustus 1948. Hal ini membuat Indonesia beralih ke udara.

Kebetulan saat itu RI-001 sedang berada di Burma (sekarang Myanmar), untuk melayani pemerintah dan angkatan darat Burma.

Hubungan baik Indonesia dan Burma juga membuat pemerintah negara tersebut mau memberikan bantuan senjata.

Pesawat RI-001 pun digunakan sebagai alat transportasi untuk menyelundupkan senjata, amunisi serta alat komunikasi dari Burma.

Karena merasa terpanggil oleh tugas di tanah air, maka OU. II Wiweko Soepono, selaku pimpinan pesawat RI-001 Seulawah menyanggupinya, meskipun tantangan besar menghadang dalam penerobosan blokade udara ini.

Hanya saja, demi keselamatan dan kerahasiaan dalam operasi penerbangan ini, maka OU. II Wiweko sangat mengharapakan kelancaran komunikasi radio.

Untuk itu, disiapkan pemancar radio di Rangoon, Burma, dipimpin oleh OMU. III Soemarno. Sementara itu, kesiapan AURI di Kutaraja, Aceh, dikoordinir oleh OU.I Soejoso Karsono.

Selain pemancar Radio AURI, komunikasi juga dilakukan menggunakan siaran Radio Republik Indonesia, Radio Poong, India dan Radio Singapura sebagai sarana komunikasi pengiriman kode-kode.

Agar kerahasiaan tetap terjamin, cara komunikasi dengan kode-kode ini ialah dengan memanfaatkan siaran lagu-lagu "pilihan pendengar" setelah warta berita, dengan menyisipkan kata kata sandi yang mengandung arti yang telah disepakati bersama.

Setelah OU. II Wiweko menerima kepastian berita hubungan radio sandi dari OU. I Soejoso yang kodenya "...pintu rumah Blangkejeren sudah selesai tetapi membawa minum sendiri...", maka ia telah memahami bahwa senjata sudah dapat diangkut dan mendarat di Blang Bintang dengan membawa bensin udara sendiri.

Agar tidak menimbulkan kecurigaan, maka rute penerbangan pesawat diatur sedemikian rupa.

Pada 8 Juni 1949, pagi-pagi sekali pesawat RI 001 bertolak dari Mingaladon airport dengan rencana penerbangan ketahui untuk menurunkan penumpang dan barang barang agar tidak dicurigai dan selanjutnya meneruskan perjalanan ke Mergui (Pangkalan Udara Burma paling selatan).

Setelah itu baru dimuat barang-barang yang akan diselesaikan yang dibantu oleh para anggota Angkatan Darat atas perintah markas besarnya.

Dari Mergui pesawat diarahkan ke Kutaraja menyusuri pantai menuju ke selatan.

Detik-detik mendebarkan timbul ketika pesawat RI-001 Seulawah memasuki Samudera Indonesia.

Pesawat terbang dengan menggunakan taktik terbang rendah untuk menghindari tangkapan Radar dan serangan pesawat pemburu p-51 Mustang Belanda.

Akhirnya Pesawat tiba di perairan Aceh pada tengah malam.

Dengan penuntun nyala api obor dan sorotan lampu mobil maka mendarat lah RI-001 Seulawah dengan mulutnya di Blang Bintang.

Dengan cepat dan tidak membuang waktu, OU II Wiweko menyerahkan persenjataan, amunisi dan alat pemancar kepada staf PDRI Kolonel Hidayat dan OU.I Soejoso Karsono di Markas Darurat TNI.

Sementara itu awak pesawat RI-001 lainnya dan anggota perminyakan pangkalan udara, menyiapkan pesawat untuk terbang kembali dengan mengisi bahan bakar.

Mereka mengisi bahan bakar dari drum tangki pesawat dengan cara menggunakan alat yang sederhana.

Setelah membongkar muatan dan istirahat sejenak mereka bersiap untuk kembali ke sarangnya di Mingaladon, Rangoon, meskipun pada waktu itu hari masih pagi sekali.

Ternyata sepeninggal pesawat tersebut, pangkalan udara Blang Bintang mendapat serangan gencar dari pesawat pemburu Belanda.

Keberhasilan penyelundupan senjata untuk pertama kali pada tanggal 8 Juni 1949 itu mendorong untuk melakukan penerbangan kedua kali.

Penyelundupan melalui udara yang kedua kali ke tanah Aceh juga sukses dilakukan dengan metode yang serupa. 

Sejarah pengiriman senjata yang dilakukan oleh awak pesawat RI-001 ini merupakan penyelundupan yang paling berhasil.

Hal ini diakui pula oleh Mayor John Lie, seorang jago penyelundup lewat laut.

Setelah kondisi Indonesia lebih stabil, pesawat RI-001 lebih banyak digunakan untuk penerbangan sipil.

Pesawat ini juga lah yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya maskapai Garuda Indonesia.

Dengan jasa Nyak Sandang menyumbang uang pembelian RI-001, tak heran jika ia sampai diundang oleh Presiden Joko Widodo ke Istana beberapa waktu lalu.

Bahkan, Presiden Jokowi membantu pengobatan mata Nyak Sandang yang kini sudah berusia 90 tahun.


Berita Terkini