"APBD Sulteng itu 1T. Yang diluluh-lantakkan tsunami itu 24T. Hancur dalam 34 detik," kata sahabat lama saya.
"Ayah, saya Khatam Quran, saya ingin makan Nasi Padang," pesan permintaan anak.
Menjelang Maghrib, ayah pun pergi membelikan nasi Padang.
Ketika sampai di rumah, kata Ibu, "Tolong beli air galon, habis."
Lalu ayah pergi membeli air galon.
Pulang dari warung, rumah sudah masuk ke dalam tanah, terdengar suara anak menjerit.
"Ayah, saya mendengar suara ayah, melihat cahaya senter ayah, tapi air sudah masuk, sedikit lagi leherku tenggelam,"
Spontan sang ayah berucap, "Ikuti kata-kata Ayah: لا اله الا الله"
Baca: Penampakan Rumah Mamah Dedeh, Ustaz Abdul Somad & Aa Gym, Terungkap Tarif Ketiga Dai Kondang itu
Kalimat terakhir yang ayah dengar dari celah reruntuhan itu adalah kalimat tauhid dari seorang anak sholih.
Bapak, berat ujian imanmu.
Dulu ketika ia baru lahir, engkau yang membisikkan Lailahaillallah.
Ternyata, saat ia akan meninggalkan alam ini, engkau jua yang membisikkan kalimat yang sama.
Lebih 10 meter tanah itu runtuh ke bawah, lebih 40 hektare rata dengan tanah.
"Kenapa ada bendera-bendera di atas tanah itu Ustadz?, tanya saya.
"Di bawah bendera-bendera itu jenazah yang masih tertinggal", jawab Ustadz Munif, sahabat saya di Mesir dulu.
Seorang anak, umur 5 tahun, tinggal sebatang kara.