Bukannya Marah, Begini Perlakuan Prabowo kepada Andi Arief yang Pernah Mengatainya 'Jenderal Kardus'

Editor: Ilham Arsyam
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Andi Arief dan Prabowo

TRIBUN-TIMUR.COM - Pertemuan antara bakal calon presiden Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di kediaman SBY, Kuningan, Jakarta, Rabu (12/9/2018) malam, tak hanya soal apa yang dibicarakan kedua elite politik tersebut.

Ada hal-hal lain yang menjadi menjadi bumbu pertemuan itu.

Salah satunya yakni bertemunya Prabowo dan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief.

 

Itu karena Andi sempat melontarkan isu mahar politik yang menyeret nama Sandiaga Uno.

Andi juga pernah menyebut Prabowo sebagai "jenderal kardus".

Namun tak ada ketegangan di Kuningan.

Tak nampak Andi pernah mengkritik pencalonan Prabowo dan Sandiaga.

Saat Prabowo menyampaikan keterangan pers usai bertemu SBY, Andi bersama jajaran elite Partai Demokrat setia berada di belakang Prabowo.

Namun momen yang menjadi perhatian tak hanya di situ.

Saat pernyataan pers tuntas, sebelum menuju mobilnya, Prabowo mendekati Andi dan lalu merangkulnya.

Sontak saja momen itu menjadi buruan kamera awak media yang meliput.

Tak hanya itu, momen kedekatan Prabowo dan Andi juga disambut gemuruh tepuk tangan para elite politik yang hadir.

Tak mau ketinggalan, Sandiaga Uno yang hadir dalam pertemuan itu juga menjabat tangan Andi dan mengangkatnya ke atas. Senyum pun tak kuasai hinggap untuk beberapa saat.

Momen kedekatan itu hanya berlangsung beberapa detik sebelum kemudian Prabowo dan Sandiaga masuk ke mobilnya dan pamit meninggalkan kediaman SBY.

Andi Arief menyebut Prabowo Subianto sebagai "jenderal kardus" di akun twitternya. S

Sebutan itu dilontarkan Andi setelah dia menuding Sandiaga Uno memberikan uang senilai Rp 1 triliun untuk PKS dan PAN.

Aman Pak Andi Ya

Pemandangan menarik usai pertemuan tertutup ini langsung disambut meriah sejumlah tamu yang hadir.

Kejadian itu berawal usai Prabowo-Sandiaga berfoto bersama AHY. Saat Prabowo-Sandiaga akan menuju mobilnya tiba tiba ada yang berteriak meminta Andi Arief untuk bersalaman.

"Andi, Andi Arief salaman.."

Mendengar perkataan tersebut Andi Arief langsung menghampiri Prabowo dan menyalaminya.

Prabowo sambil tersenyum lalu merangkul Andi Arief.

Sandiaga juga ikut menghampiri saat mendengar teriakan memintanya bersalaman dengan Andi Arief. Sandiaga lalu menghampirinya dan bersalaman sambil mengangkat tangan ke atas.

Prabowo peluk Andi Arief ()

"Aman Pak Andi ya," teriak salahs eorang yang ada di lokasi pertemuan.

Awal mula sebutan jenderal kardus

Sebelumnya, saat Partai Demokrat menyatakan mendukung Prabowo Subianto dengan Sandiaga Unom, Andi Arief mengungkapkan kekecewaanya.

Dirinya menegaskan bahwa tidak bergabungnya Partai Demokrat dalam koalisi tiga partai Prabowo dikarenakan ada pengkhianatan yang telah dilakukan oleh Ketua Umum Partai Gerindra tersebut.

Dirinya menyoroti soal komunikasi politik yang dibangun sejak 20 hari belakangan, tiba-tiba hancur dalam rentang waktu dua hari.

"Ini jelang pendaftaran malah seperti," ujarnya di Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (10/8/2018).

Dengan ditunjuknya Wakil Gubernur Sandiaga Uno sebagai cawapres Prabowo, Andi menyebut bahwa Prabowo tidak ada keinginan untuk memenangkan pertarungan tahun depan.

"Teman-teman bisa tafsir sendiri, tali secara scientific, kami melihat ini tidak ada keinginan untuk menang," ujarnya

Selain itu, Andi juga kembali menyinggung soal julukan darinya untuk Prabowo, yakni Jendedal Kardus, yang dikeluarkannya di lini masa Twitter dan sempat membuat publik heboh jelang pendaftaran capres-cawapres.

"Kami mencium adanya politik tidak sehat yang kami sebut dengan Jenderal Kardus," tambahnya.

Saat ditanya apakah sebutan Jenderal Kardus itu merupakan sikap pribadi atau sikap partai, Andi memilih opsi yang kedua.

"Ini sikap resmi partai," katanya.

Andi Arief menjelaskan tudingannya mengenai mahar Rp 500 miliar dari cawapres Sandiaga Uno kepada PAN dan PKS.

Menurutnya, informasi soal mahar itu didapat dari politisi Gerindra, Fadli Zon, Dasco Ahmad, Prasetyo, dan Fuad Bawazier.

Baca: Farhat Abbas: Yang Pilih Jokowi Masuk Surga, Yang Gak Pilih Bakal Masuk Neraka!

Dalam cuitannya di laman Twitter @AndiArief_ pada Sabtu (11/8/2018) disebutkan, usia mendapat informasi tersebut, Andi Arief langsung mengunggah postingan mengenai 'Jenderal Kardus' yang kemudian menjadi polemik.

Andi Arief menjelaskan apabila tujuan mengunggah informasi tersebut adalah agar Prabowo mengetahuinya dan bisa dijadikan pertimbangan dalam memilih cawapres.

"Soal Mahar ke PKS dan PAN maaing2 500 M ini penjelasan Saya: Sekjen Hinca, Waketum Syarief Hasan dan sekrt Majelis tinggi partai Amir Syamaudin mendapat penjelasan itu langsung dari tim kecil Gerindra Fadli zon, Dasco, Prasetyo dan Fuad Bawazier 8 Agustus 2018 pk 16.00 .

Soal Mahar 500 M masing2 pada PAN dan PKS itu yang membuat malam itu saya mentuit jendral kardus.

Baca: Disomasi karena Berani Sentil Surya Paloh, Rizal Ramli: Nasdem Hanya Baper

Besar harapan saya dan partai Demokrat Prabowo memilih Cawapres lain agar niat baik tidak rusak.

Tanggal 9 Agustus pagi, pertemuan SBY-Prabowo membahas soal bagaimana kembalikan politik yang baik dan terhormat tanpa mahar.

SBY usulkan Prabowo cari cawapres lain yang bukan Sandi, bukan AHY, bukan Zul hasan, bukan Salim Al jufri seperti permintaan Zul has agar tokoh netral.

Prabowo tetap tak hiraukan usul SBY soal tokoh netral.

Herannya Zul Has dan Salim Al Jufri juga berubah pendiriannya dari harus figur dari PAN atau PKS atau tokoh netral tiba2 sepakat memilih aetuju Sandi yang juga dari gerindra, ada apa?

Semua sudah terjadi, tapi proses ini pubik harus mengerti," tulis Andi Arief.

Diberitakan sebelumnya, tersingkirnya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) disebut-sebut lantaran Wakil Gubernur Jakarta, Sandiaga Uno membayar PAN dan PKS masing -masing Rp 500 miliar demi diusung menjadi Calon Wakil Presiden Prabowo.Hal itu diutarakan oleh Wakil Sekretaris Jenderal Demokrat, Andi Arief.

"Bahwa di luar dugaan kami ternyata Prabowo mementingkan uang ketimbang jalan perjuangan yang benar. Sandi Uno yang sanggup membayar PAN dan PKS masing-masing 500 M menjadi pilihannya untuk cawapres. benar-benar jenderal di luar dugaan," kata Andi Arief saat dihubungi Kompas.com, Rabu malam, (8/8/2018).

Oleh karena itu menurut Andi, Demokrat akan keluar dari Poros Gerindra. Demokrat akan berkonsentrasi pada Pemilu legislatif 2019.

"Baru tadi malam Prabowo datang dengan semangat perjuangan. hanya hitungan jam dia berubah sikap karena uang. Besar kemungkinan kami akan tinggallkan koalisi kardus ini."

"Lebih baik kami konsentrasi pada pencalegan ketimbang maauk lumpur politik PAN PKS dan Gerindra," kata Andi Arief.

Bawaslu bereaksi

Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI akan memanggil 3 orang saksi terkait dugaan mahar Rp 500 miliar dari Sandiaga Uno masing-masing kepada PAN dan PKS.

Mahar tersebut diduga diberikan Sandiaga agar kedua partai tersebut mendukung dirinya menjadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo.

Salah satu saksi tersebut yakni Wakil Sekjen Partai Demokrat, Andi Arief, sebagai orang pertama yang membuka mahar Rp 500 miliar lewat twitternya.

Saat dikonfirmasi, Andi mengaku siap memberikan keterangan kepada Bawaslu.

"Siap (menjadi saksi) dong," kata Andi saat dihubungi Kompas.com, Senin (20/8/2018).

Namun, Andi belum dapat memastikan apakah dirinya dapat memenuhi panggilan Bawaslu pada hari ini.

Andi mengaku masih berada di Bali untuk menghadiri acara pernikahan salah seorang kader Partai Demokrat.

Menurutnya, surat panggilan dari Bawaslu pun belum ia baca lantaran baru diterima DPP Partai Demokrat pada Sabtu (18/8/2018).

"Saya belum baca surat panggilannya, baru tahu siang ini ada panggilan Bawaslu. Suratnya ada di DPP (Partai Demokrat) katanya dikirim Sabtu lalu," kata Andi.

Sebelum berbicara lebih jauh, Andi ingin lebih dulu membaca isi surat panggilan dari Bawaslu.

Bagi Andi, yang paling penting adalah berprinsip pada kebaikan.

"Saya mau baca dulu surat itu. Prinsipnya kalau untuk kebaikan saya akan hadir kapan saja," ujarnya.

"Kalau untuk politicking saya enggak akan ladeni," sambungnya lagi.

Karena padatnya agenda hari ini, Andi berharap Bawaslu menjadwal ulang panggilan pemeriksaan.

"Sebaiknya setelah hari raya Idul Adha ya," ungkapnya.

Diberitakan, Bawaslu memanggil Andi Arief untuk hadir sebagai saksi terkait laporan dugaan mahar politik.

Pemanggilan tersebut merupakan tindak lanjut dari laporan yang sebelumnya dilayangkan Federasi Indonesia Bersatu, Selasa (14/8/2018) lalu.

"Saksi yang diajukan pelapor ada tiga orang, salah satunya Andi Arief," kata komisioner Bawaslu Ratna Dewi Petalolo kepada Kompas.com, Senin (20/8/2018).

Sebelumnya, Federasi Indonesia Bersatu melaporkan dugaan kasus mahar politik yang dilakukan bakal cawapres Sandiaga Uno.

Laporan tersebut berangkat dari kicauan Andi Arief, Rabu (8/8/2018) malam. Dalam twitnya, Andi menyebut Prabowo Subianto merupakan seorang "jenderal kardus".

Sebutan itu dilontarkan Andi setelah menuding Prabowo akan menjadikan Sandiaga Uno sebagai cawapres karena Wakil Gubernur DKI Jakarta itu memberikan uang Rp 500 miliar masing-masing untuk dua partai koalisi Gerindra, yakni PAN dan PKS.

Andi mengaku diperintah partainya untuk bicara mengenai dugaan mahar tersebut.

"Saya ingin menyatakan bahwa saya diperintah partai bicara ini," kata Andi dalam acara sapa Indonesia Malam di Kompas TV, Senin (13/8/2018) malam.

Bahkan, menurut dia, keputusan Demokrat untuk mengungkap soal dugaan mahar ini diambil dalam rapat resmi partai di kediaman Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, Rabu (8/8/2018) malam.

"Hasil rapat menyatakan kami kemukakan saja ke publik problem sebenarnya," kata dia. Andi mengaku tidak takut jika pernyataannya di Twitter berujung pada konsekuensi hukum.

Sementara itu, Sandiaga membantah dirinya memberikan sejumlah dana kepada dua parpol pendukungnya. (Kompas.com/Tribunnews.com)

Berita Terkini