Jenderal Tito Suruh Teroris Bunuh Diri, Jawabannya Mengejutkan! Najwa Shihab: Astagfirullah

Editor: Mansur AM
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kapolri Jenderal Tito Karnavian bersama Najwa Shihab

TRIBUN-TIMUR.COM - Polisi dalam menumpas teroris memilih jalan tanpa konfrontasi.

Menangkap terduga teroris dalam keadaan hidup adalah prioritas polisi. 

Beberapa hari terakhir ini Indonesia sedang dirundung duka.

Baca: Jangan Sampai Salah! Ini Doa Buka Puasa Yang Dibaca Rasulullah

Serangkaian aksi teror terus terjadi.

Baca: Ini Pesan Ramadhan Donald Trump, Umat Muslim Dunia Geger

Seakan-akan insiden tersebut tiada hentinya.

Baca: Piala Dunia 2018: Jadwal Lengkap dan Siaran Langsung FIFA World Cup Rusia 2018

Alhasil, pihak berwajib sempat mengumumkan bahwa Indonesia kini tengah berada dalam situasi siaga satu terorisme.

Walaupun saat ini status tersebut sudah diturunkan menjadi siaga.

Mulai dari bom bunuh diri di 3 gereja Surabaya, penyerangan Polrestabes Surabaya, hingga di Mapolda Riau.

Saking hebohnya, topik tersebut sampai diangkat dalam acara Mata Najwa edisi Rabu (16/5/2018).

Dalam kesempatan itu, Tito menceritakan pengalamannya saat menangkap terduga teroris.

Menurutnya, mereka terjerumus dalam pehamahan ideologi yang salah.

Narapidana kasus terorisme keluar dari ruang tahanan saat menyerahkan diri usai kerusuhan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Kota Depok, Jawa Barat, Kamis (10/5/2018). (TRIBUNNEWS.COM)

Tribunstyle melansir dari Tribunwow, "Pemahaman tentang ideologi yang membuat mereka ikut untuk aksi bunuh diri karena mereka meyakini pemikiran mereka dalam mindset kelompok-kelompok ini mereka hanya berpikir didoktrin sedemikian rupa bahwa jalan tol expres menuju surga adalah dengan operasi amaliyah (jihad melawan musuh)", ujar Tito.

Setelah itu, Tito Karnavian menjelaskan dua cara yang biasa dipakai pelaku terduga teroris untuk masuk surga.

"Bagi mereka ada dua cara menuju surga dengan jalan yang cepat. Yang pertama yakni jika mereka terbunuh, maka mereka langsung masuk ke Surga. Sedangkan yang kedua, adalah dengan meletakkan bom di tempat keramaian tertentu sedangkan dirinya kabur", tambahnya.

Tito menambahkan, kejadian penyerangan di Surabaya tergolong luar biasa karena menggunakan metode bom bunuh diri.

Halaman
123

Berita Terkini