Dandim Maros Letkol Mardi mengaku, petani di Maros menanam padi sampai dengan tiga kali dalam setahun. Namun, karena adanya permasalahan haraganya maka beberapa petani menjual keluar.
"Permasalahan harga dari para petani membuat mereka harus menjual keluar, kami hanya membantu pemerintah agar stok gabah di maros itu tetap di maros bukan dijual keluar," ungkap Mardi.
Baca: Berbeda dengan Maros, Begini Upaya Swasembada Pangan Dandim 1425 Jeneponto
Menurut Mardi, kejadian ini seharusnya ada peraturan atau regulasi agar tidak ada dugaan permainan harga. Karena dalam menjaga ketahanan pangan, TNI punya kesepakatan melalui MoU itu.
Maka dengan kesepakatan, pihak TNI juga berusaha untuk mewujudkan ada pengusaha tani. Artinya, petani yang kini hanya bertani, tapi petani juga didorong untuk menjadi pengusaha petani.
"Jadi dengan kesepakatan itu, bukan saja kita bekerjasama menjaga pangan tapi kita juga dorong petani tidak mentok di petani, tapi kami dorong mereka agar punya usaha juga," jelasnya. (dal)