Laporan Wartawan Tribun Timur, Darul Amri Lobubun
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Operasi Serapan Gabah Petani (Sergap) yang digalakan Kodam XIV Hasanuddin, adalah untuk adanya pertahanan dan persediaan pangan di gudang Bulog.
Asisten Teritorial (Aster) Kodam XIV Hasanuddin Kolonel J Lumban Toruan mengatakan, operasi Sergap dilakukan sesuai dengan penandatangan MoU antara Kementan RI, Bulog dan TNI AD.
"Tugas kami ini mulia, sebenarnya ini sesuai dengan penandatangan MoU itu yang menggerakkan hati kami menjaga ketahanan pangan," kata Lumbab saat di Redaksi Tribun, Kamis (15/3/2018).
Beberapa hari terakhir, ungkap Lumban dengan adanya Operasi Sergap seperti di Maros, TNI dianggap bermain. Bahkan disebutkan operasi Sergap digelar untuk melarang petani menjual gabah keluar.
Baca: Soal Gabah Petani Maros, Ini Penjelasan Resmi Kapendam dan Bulog, Facebooker Pro dan Kontra
"Kami ini membantu dan menjalankan sesuai kerjasama itu, sebenarnya tugas pokok kami ini banyak kok, tapi karena kami ini ditargetkan untuk menyipakan cadangan pangan nasional," lanjutnya.
Apalagi Sulsel akan menyambut panen raya, otomatis melalui penandatangan MoU tersebut Kodam XIV dan jajarannya melakukan operasi Sergap, agar stok di seluruh gudang Bulog di Sulsel itu ada.
Seperti diberitakan, ada prajurit Kodim Maros yang melakukan operasi Sergap terhadap pengusaha gabah luar Maros. Mulai memeriksa kartu pengenal dan bahkan, mencegah truk masuk Maros.
"Sebenarnya setelah dicek ke lapangan itu semua tidak ada, prajurit kami yang bertugas dilapangan hanya antisipasi agar stok gabah kering digudang bulog itu masih tersedia" ujar Kolonel Lumban.
Aster Kodam XIV tidak sendiri saat dia datang ke redaksi Tribun. Aster datang bersama Kapendam Kolonel Alamsyah, Dandim 1422 Maros, Letkol Mardi. A., dan beberapa pengusaha asal Maros.
Menurut Lumban, Sulsel memang punya lumbung padi yang melimpah, tapi saat kenyataan masih banyal gudang Bulog kosong. Bahkan, jika ada bencana maka Sulsel tidak punya stok persediaan.
Baca: Dandim 1406 Tak Larang Petani Wajo Jual Gabah ke Luar Daerah, Asal?
Untuk itu, Kolonel Lumban berharap agar para petani agar tidak menjual semua gabahnya ke pengusaha gabah di luar daerah. Setidaknya para petani menjual gabah ke Bulom sebanyak 10 persen.
"Harapan kita dari TNI, setidaknya para petani ini bisa menjual gabahnya 10 persen dari hasil penanya, agar stok di gudang bulog itu ada cadangan pangan untuk nasional," tambah Lumban.
Dandim Maros Letkol Mardi mengaku, petani di Maros menanam padi sampai dengan tiga kali dalam setahun. Namun, karena adanya permasalahan haraganya maka beberapa petani menjual keluar.
"Permasalahan harga dari para petani membuat mereka harus menjual keluar, kami hanya membantu pemerintah agar stok gabah di maros itu tetap di maros bukan dijual keluar," ungkap Mardi.
Baca: Berbeda dengan Maros, Begini Upaya Swasembada Pangan Dandim 1425 Jeneponto
Menurut Mardi, kejadian ini seharusnya ada peraturan atau regulasi agar tidak ada dugaan permainan harga. Karena dalam menjaga ketahanan pangan, TNI punya kesepakatan melalui MoU itu.
Maka dengan kesepakatan, pihak TNI juga berusaha untuk mewujudkan ada pengusaha tani. Artinya, petani yang kini hanya bertani, tapi petani juga didorong untuk menjadi pengusaha petani.
"Jadi dengan kesepakatan itu, bukan saja kita bekerjasama menjaga pangan tapi kita juga dorong petani tidak mentok di petani, tapi kami dorong mereka agar punya usaha juga," jelasnya. (dal)