opini

OPINI: Chunank, Gie dan Gerakan Mahasiswa

Editor: Jumadi Mappanganro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

drg Rustan Ambo Asse

Pada acara bedah buku Mengalir Melintasi Zaman, salah seorang penanggap yang hadir, yang nampaknya juga merupakan aktivis era 80-an mengupas metafora apa dibalik kata: Buku, Pesta dan Cinta yang tertulis dalam buku Catatan Seorang Demonstran.

Bagi kalangan aktivis sejati, buku adalah bacaan wajib bagi seorang aktivis. Pesta baginya adalah diskusi dan cinta adalah kebenaran yang diperjuangkan, kegelisahan yang ditulis, serta pengorbanan untuk keadilan.

Pergerakan Mahasiswa
Apa yang akan membentuk mahasiswa untuk lebih bertanggung jawab dan peduli dengan lingkungan sekitarnya? Sense of crisis yang tumbuh dalam pribadi seorang aktivis tidaklah serta merta hadir begitu saja tanpa proses panjang dan ujian oleh rentang waktu.

Kampus itu ibarat miniatur sebuah negara. Di dalamnya ada proses demokratisasi, kebudayaan, sejarah, riset dan pengabdian dan mungkin juga ketidakadilan.

Jika ketidakadilan itu muncul maka mahasiswa harus muncul sebagai social control sebagaimana jika hal itu terjadi di negeri ini maka sungguh sejarah telah membuktikan posisi mahasiswa sebagai agent of change.

Jika pergerakan mahasiswa hari ini disinyalir mengalami kelesuhan, maka para aktivis lintas generasi terutama eksponen era 70-an, era 80-an, dan era 90-an tentu memiliki tanggung jawab moral paling tidak menemukan formula baru saat ini.

Hal itu jika hari ini masih dipahami bahwa mahasiswa dengan segala dinamikanya perlu direkayasa, dibentuk, agar negeri ini pada masa yang akan datang memiliki generasi yang tidak hanya terbuai dengan kemudahan perkembangan teknologi dengan segala manfaatnya akan tetapi memiliki karakter yang kuat secara otonom yang tetap bisa bangkit sekalipun kemudahan era milenial hilang ditelan waktu.

Gunung dan Puisi

Sebagaimana Gie, kegelisahan Chunank menjelma menjadi sebuah perjalanan kontempelasi di atas puncak gunung.

Berlakunya NKK/BKK yang membunuh aktivitas kemahasiswaan membuat dirinya berfikir untuk membentuk Korpala Unhas pada 1985.

Dari sini tampak bahwa gagasan dan ide serta ideologi kemahasiswaan tidak akan pernah mati. Idealisme mahasiswa serupa air yang mengalir, yang jika suatu saat dihambat maka alirannya akan terus mencair dan menetes, hingga menemukan titik paling rendah sekalipun.

Gagasan dan ide tidak akan pernah hilang jika mahasiswa pemilik suatu zaman merawat apa yang mereka punya, hingga gagasan itu diteruskan ke generasi selanjutnya.

Tak ada defenisi mutlak yang dapat membatasi romantika seorang Chunank sebagai pemanjat gunung yang membawa kegelisahan intelektualnya di atas sana, selain dirinya sendiri.

Kegelisahan yang direnungkan secara mendalam di sana, boleh jadi akan menjadi cikal bakal sebuah ide dan gagasan yang selanjutnya ditulis dan didiskusikan di forum-forum diskusi di kampus atau dirumahnya sendiri sebagai tempat kumpulnya para aktivis.

Selain menulis opini, puisi telah mengabadikan setiap serpihan ide, gagasan dan pemberontakan seorang Chunank.

Halaman
123

Berita Terkini