Baca: Mahasiswa Rampi Desak Pemkab Luwu Utara Bangun Bendungan di Sungai Mokoka
Baca: Guru di Rampi Mengajar Sambil Gendong Bayi, Ini Kata Bupati Luwu Utara
Karena akses yang sulit tersebut, membuat ongkos transportasi ojek di daerah ini melambung tinggi. Sekali jalan dari Masamba ke Rampi, Anda harus merogoh kocek cukup dalam, Rp 500 hingga Rp 700 Ribu sekali antaran. Boleh jadi, inilah angkutan ojek termahal. Sama mahalnya jika Anda akan menempuh perjalanan dari Masamba ke Kecamatan Seko, daerah persis bersebelahan di bagian barat-selatan Rampi.
Soal tukang ojek di Rampi, Anda jangan berpikir seperti tukang ojek kebanyakan. Menurut penuturan Guru SMPN 1 Rampi di Desa Onondoa, Erwin SPd, profesi pengojek di Rampi ini butuh keahlian yang paripurna. Selain handal dalam mengendarai motor di medan super berat, juga wajib tahu luar dalam soal sepeda motor. Ya, ini karena medan jalanan menuju Rampi yang masih ekstrim, penuh lumpur dan bebatuan, selayaknya berkendara di jalur off road. Alasan inilah, wajar jika biaya ojek mahal.
“Tidak cukup dengan kemampuan andal dari si pengemudi motor. Sepeda motor juga harus selalu dalam kondisi prima,” ujar guru berusia 33 tahun itu. Motor yang dipakai para pengojek di Rampi pun juga sudah mengalami modifikasi. Tak lagi standar keluaran pabrik. Roda gigi depan dan belakang yang biasanya kecil diganti dengan diameter lebih besar agar punya kemampuan untuk mendaki jalanan berbatu dan menembus medan berlumpur.
Baca: Tarif Subsidi Tiket Pesawat Masamba-Rampi Luwu Utara Segera Diberlakukan
Baca: Warga Keluhkan Harga Tiket Pesawat ke Rampi Luwu Utara
Catatan BPS tahun 2015, terhitung sebanyak 261 motor, tentu 2017 lebih banyak lagi. Selain itu terdapat lima mobil pribadi dan tidak ada mobil sebagai angkutan umum. Untuk menunjang kegiatan ekonomi, hanya terdapat dua truk di Kecamatan Rampi. Truk inilah yang biasa dipakai untuk transportasi hasil pertanian warga Rampi yang dikenal subur ini.
Komunikasi Terjangkau
Kondisi daerah yang terpencil, diakui Mujur membuat para guru di Rampi berpikir seribu kali untuk rajin-rajin bepergian ke kota. Namun begitu, tak berarti mereka merasa terkucilkan. Pasalnya dengan keberadaan akses informasi dan komunikasi yang tersedia, mereka tetap bisa mengontrol dan terkontrol dalam proses belajar-mengajar. Termasuk saat pelaporan progres pendidikan ke Dinas Pendidikan Kabupaten Luwu Utara.
Keberadaan satu unit Base Transceiver Station (BTS) milik Telkomsel di Rampi membuat guru-guru di pelosok ini terkoneksi ke manapun. Apakah dengan sesama guru, dengan keluarga, bahkan dengan Dinas Pendidikan Provinsi. Nah, semua itu karena mereka terkoneksi dengan jaringan telepon seluler. Bahkan kini koneksi internet pun mulai lancar.
“Meski kami ini ada di pelosok dan hidup di pedalaman Sulawesi yang dikelilingi hutan, bukan berarti kami benar-benar terputus dari dunia luar. Badan kami memang jauh di pelosok, tapi kami masih bisa berhubungan dengan siapa pun di luar sana,” kata Erwin yang sekolahnya berada di Desa Onondoa, Ibukota Kecamatan Rampi saat dihubungi Tribun Timur via telepon seluler.
Baca: Bupati Indah Carter Pesawat ke Kecamatan Rampi Luwu Utara, Hadiri Mogombo Adat
Baca: Wow, Tarif Ojek ke Rampi Luwu Utara Rp 700 Ribu
Erwin mengaku, memang tak semua desa di Rampi memiliki jaringan telepon yang bagus. Bahkan dari enam desa, hanya ada tiga wilayah saja yang bagus jaringan untuk menelpon dan mengirim pesan singkatnya. Disebutkan, daerah itu seperti Desa Onondowa (ibukota), Desa Sulaku, dan Desa Leboni. Sedangkan wilayah yang tidak ada jaringan adalah Desa Dodolo, Desa Bangko, dan Desa Tedeboe.