Apa yang dikatakan oleh Jati ada benarnya juga, pasalnya meskipun cuacanya terik, tetapi anginnya tetap bertiup kencang, jadi secara otomatis dapat mereduksi rasa terik tersebut.
Meskipun masih terlalu dini mengambil kesimpulan, saya kemudian berfikir, itulah kenapa para bule-bule ketika datang ke Indonesia, mereka sangat senang berjemur di bawah sinar matahari karena faktanya mereka sangat “miskin” dengan sinar matahari.
Alasan kedua, ummat muslim disini bisa lebih khusyuk dalam menjalanakan ibadah ghairu makhdahnya semisal, ngaji, dan salat-salat sunnahnya.
Pasalnya, dengan kurangnya undangan untuk menghadiri acara buka puasa bersama dengan para komunitas-komunitas (kantor, reuni sekolah/kampus, tetangga kompleks, dll) membuat kita bisa lebih fokus dalam memanfaatkan waktu untuk beribadah.
Datangnya bulan Ramadan juga juga sekaligus menjadi turning-point buat kami sebagai kaum minoritas dalam merajut ikatan emosional.
Semua umat muslim dari berbagai negara hanya fokus untuk berbuka puasa di Masjid. Sehingga membuat kita akhirnya bisa berkumpul bersama.
Ucapan “assalamualaikum” seolah tak pernah berhenti bersahut-sahutan dari segala penjuru masjid ketika menjelang iftar (berbuka).
Pola Tidur
Tantangan terbesar selama menjalani puasa Ramadan disini adalah masalah pola tidur.
Di awal-awal Ramadan, saya masih mampu membawa kebiasaan tidur saya ketika masih di Indonesia, tidur sebelum jam 12 malam dan bangun sejam sebelum waktu subuh.
Akan tetapi, perlahan-lahan saya akhirnya mulai lempar handuk juga. Wajar saja, karena waktu belum lagi beberapa “ritual” yang kerap saya lakukan sebelum tidur.
Hal lainnya adalah waktu sahur yang juga sangat mepet apalagi pekan ini adalah waktu-waktu sibuk untuk mendulang malam lailatul qadr.
Akibatnya, kondisi tersebut memaksa saya untuk mengubah pola tidur dengan mengambil jatah kekurangan tidur saya dimalam hari ke pagi hari usai melaksanakan Salat israk.
Apa yang saya alami (mengubah pola tidur), secara umum juga dialami oleh orang-orang di kota ini. Makanya, aktivitas masyarakat di kota ini baru bergeliat di atas jam 9 pagi begitupun dengan kampus-kampus dan sejumlah kantor resmi pemerintah.
Momentum Ramadan seolah tak ingin dilewatkan begitu saja oleh komunitas masyarakat muslim disini. Olehnya agar dapat merasakan “lezatnya” beribadah di bulan suci ini, semua masjid berlomba-lomba untuk mendatangkan imam terbaiknya.