Bandar Narkoba Beromzet Rp 1,2 Triliun Menyuap Pakai 20-an Mobil CR-V, ini Kata Kabid Humas

Editor: Edi Sumardi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Honda CR-V

TRIBUN-TIMUR.COM - Bos besar bandar narkoba yang beromzet senilai Rp 1,2 triliun, Ruslan Hasan alias Cullang (28) dikabarkan dekat dengan sejumlah perwira polisi di daerah dimana dia menjalankan bisnis "barang haram".

Yayu Aprilianti (DOK PRIBADI/HAND OVER)

Baca: Cantiknya Yayu Istri Cullang Si Bandar Narkoba Beromzet Rp 1,2 Triliun, Ternyata Dia Bisnis Begini

Dari situlah, suami Yayu Aprilianti bisa leluasa berbisnis.

Sumber Tribun-Timur.com menyebutkan jika Cullang adalah "filantropis" bagi sejumlah oknum polisi.

Tak tanggung-tanggung dia rela menggelontorkan duit hingga miliaran rupiah demi "berderma" kepada oknum di Korps Bhayangkara tersebut.

Jenazah Ruslan Hasan alias Cullang dan Yayu Aprilianti. (KRIMINALITAS.COM/HAND OVER/DOK PRIBADI)

Baca: Polisi Terenyuh, Inilah Permintaan Istri Bandar Narkoba Terbesar di Indonesia saat Ditangkap

Sebagai contoh, memberi mobil SUV merek Honda CR-V kepada sejumlah oknum perwira kepolisian resort.

"Ada 20-an mobil CR-V dia bagi-bagikan," kata sumber Tribun-Timur.com, Kamis (6/4/2017).

Harga satu unit Honda CR-V baru mulai Rp 400 jutaan hingga Rp 500 jutaan.

Baca: Tangkap Bos Bandar Narkoba, Kapolri Kirim Pesan Apresiasi ke Polda Sulsel

Terpisah, dikonfirmasi terkait dengan dugaan suap bandar narkoba kepada polisi, Kepala Bidang Humas Polda Sulawesi Selatan, Komisaris Besar Dicky Sondani, membantah.

"Itu hanya rumor, tapi kami akan selidiki satu per satu," kata Dicky saat dihubungi jurnalis Tribun-Timur.com, Darul Amri Lobubun.

Baca: Astaga! Polisi Kedapatan Tidur Pulas di Rumah Bandar Narkoba, Keluarkan Pistol saat Ditangkap

Polisi Tidur Pulas di Rumah Bandar

Aipda Yunus, mantan personel Satuan Intelkam Kepolisian Resor Kota Besar Makassar mengonfirmasi “kedekatan” oknum polisi dengan “pengedar” narkoba.

Kepala Polrestabes Makassar Kombes Pol Endi Sutendi, Jumat (31/3/2017), mengumumkan pencopotan anak buahnya itu.

Aipda Yunus dicopot dari satuannya dan dinonjobkan karena terbukti “dekat” dengan bandar narkoba.

Freddy Budiman (KOMPAS TV)

Baca: Cerita Mengerikan Tedja soal Dia Jadi Korban Tukar Kepala Freddy Budiman

Bahkan, saat terjadi transaksi sabu di sebuah rumah panggung di Jl Pampang, Makassar, Sulawesi Selatan, Aipda Yunus ada di rumah itu.

Kasus Yunus, kian membuktikan bahwa rumah panggung kerap menjadi tempat transaksi narkoba.

Baca: Freddy Budiman Dieksekusi Mati di Hari Jumat, Berikut ini Keutaamannya Menurut Islam

Masih ingat sebuah rumah panggung di Kampung Sapiria, Kelurahan Lembo, Makassar?

Rumah panggung itu rumah panggung berlantai dua beratap seng itu tenar setelah penggerebekan besar-besaran di Sapiria, 2 September 2915.

Lantai dua rumah panggung yang disulap laiknya diskotek itu disebut pusat aktivitas narkoba di Kampung Sapiria.

Sejumlah warga diduga menjadi kurir jemput-antar pelanggan yang datang untuk “pesta narkoba” di lantai dua rumah panggung.

Namun hingga kini, pemilik rumah panggung itu masih misteri.

Penangkapan yang berakhir pembunuhan terhadap Ruslan Hasan alias Cullang (28), Selasa (28/3), juga “berakhir” di rumah panggung berarsitek Bugis-Makassar.

Rumah panggung di Jl Balana 2, Kecamatan Makassar, itu disesaki ribuan orang untuk melayat dan mengantar jenazah Cullang.

Teman Bandar

Proses pemeriksaan, vonis, hingga masa hukuman Aiptu Yunus tidak terpantau media.

Aiptu Yunus hanya diberitakan saat tertangkap, 16 Januari lalu.

Beritanya menjadi heboh karena polisi itu ditangkap di rumah panggung bersama lima warga yang diyakini sedang transaksi narkoba.

Bahkan saat penangkapan, Aiptu Yunus sempat melawan dan mengeluarkan pistol.

Yunus ditangkap bersama lima warga, Asdar (37), Yusuf (22), Surahmin (21), Samsuddin (25), dan Muh Sakkir.

Penggerebekan itu dilakukan setelah polisi menerima info dari masyarakat bahwa ada transaksi sabu di rumah salah satu bandar bernama Asdar alias Adda. Selanjutnya polisi langsung melakukan penggerebekan.

Kapolrestabes Makassar, Kombes Endi Sutendi, berang mendengar penangkapan anak buahnya itu, dua bulan lalu.

“Saya juga sudah perintahkan Kasi Propam Polrestabes untuk melakukan pemeriksaan dan penyelidikan. Tidak ada ampun, jika terbukti akan diberikan sanksi disiplin maupun pidana. Ini berlaku untuk semua anggota Polrestabes Makassar yang terlibat narkoba,” kata Endi menegaskan.

Oknum polisi yang diamankan di rumah bandar sabu, Aipda Yunus saat ini telah dicopot dari satuannya.

Kemarin, Endi mengonfirmasi pencopotan Aiptu Yunus. "Dia (Aipda Yunus) sudah dicopot usai menjalani sidang disiplin dan menjalani masa kurungan 14 sampai 21 hari," ujar Endi kepada Tribun-Timur.com di Mapolrestabes, Makassar.

Mantan Kabid Humas Polda Sulsel periode 2014-2015 itu mengatakan, Aipda Yunus masih terus menjalani pemeriksaan oleh Satuan Propam Polrestabes Makassar dan wajib lapor di Mapolda Sulsel.

“Jadi saat ini yang bersangkutan (Yunus) sudah dicobot dari satuannya dan tentu nonjob atau tidak ada penugasan untuk yang bersangkutan, tapi tetap dia masih anggota kepolisian," kata Endi.

Perwira "tiga bunga" tersebut menambahkan, Aipda Yunus sedang tertidur pulas dalam kamar di rumah salah satu bandar narkoba jenis sabu, Asdar.

Oknum tersebut tertidur saat bandar sabu melakukan transaksi, pada saat itu juga personel Unit Resmob Ditreskrim Polda Sulsel melakukan penggerebekan.

SMS Kombes

Saat bersamaan, kematian Ruslan Hasan alias Cullang (28) masih menjadi perbincangan tetangga almarhum di Jl Balana II.

Tetangga yang duduk melingkar di sekitar rumah panggung yang cukup menonjol itu sibuk “ngerumpi” perihal kematian Cullang.

Rerata mereka mengenal Cullang sebagai anak baik, sopan, dan selalu membantu warga.

"Kami lihat di koran, Cullang mati setelah ditembak polisi karena berusaha lawan. Dia itu banyak teman dengan polisi tapi kenapa harus melawan," ujar seorang warga yang enggan disebut namanya.

Warga lain mengatakan, “Dari mana tiba-tiba Cullang dapat badik dan dipakai untuk menyerang polisi saat dalam perjalanan ke Makassar. Padahal dia kan ditangkap di Mamuju, masa badiknya tidak diamankan. Setahu kami, Cullang tidak pernah bawa-bawa badik.”

Pemuda itu mengatakan, tidak mungkin Cullang melawan kepada polisi.

“Waduh, na Cullang mi itu orang paling sopan pada polisi,” ujarnya.

Pemuda itu bahkan mengaku beberapa hari sebelumnya sempat mendengar curahan hati (curhat) Cullang.

“Katanya dia di SMS-SMS oleh Kombes,” katanya.

Tetangga Cullang itu meminta penyidik agar memeriksa dan mengungkap percakapan di telepon selular Cullang.

“Saya yakin, banyak rahasia di HP (handphone) itu. Kalau KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yang tangani kasus ini, kita akan mendengar cerita yang sangat menegangkan dan penuh drama yang terungkap dari HP Cullang,” kata pemuda berusia sekitar 45 tahun itu.

Kedekatan Cullang dengan beberapa polisi juga dibenarkan Rika, kakak Cullang.

“Itu bukan hal luar bisa. (Kedekatan dengan polisi) itu hal biasa bagi Cullang dan keluarga kami. Kedekatan adik saya dengan polisi diluar, bahkan datang ke rumah bukan cerita baru. Ini karena adik saya itu orangnya terbuka, sekalipun itu polisi,” jelas Rika.

Keluarga besar Cullang bahkan tidak mempermasalahkan label “Bos Besar Narkoba” kepada almarhum.

Menurut mereka, Cullang memilih jalan itu untuk bertahan hidup.

"Dia (Cullang) orangnya terbuka, siapa saja dia berteman dan persoalan adik saya dekat dengan polisi itu wajar dan tidak ada larangan, soal dia jual sabu itu mungkin jalan hidupnya," jelas Rika.

Pantauan Tribun-Timur.com, rumah duka almarhum Cullang yang berada Balana II, ternyata tidak jauh dari kantor Polsek Makassar yang berada di Jl Kerung-kerung kota Makassar, kurang lebih 500 meter.

Teman Cullang

Terpisah, Dicky Sondani mengatakan, pihak penyidik Polda Sulsel segera akan menelusuri anggota polisi yang sudah berapa kali datang ke rumah Cullang.

"Soal itu kami tidak tahu, tapi jika ada laporan mengenai itu maka kita tentu akan menelusuri hal tersebut, kita cari tahu siapa-siapa polisi yang pernah ke rumahnya," kata Dicky.

Menurutnya, penelusuran itu dilakukan agar mengetahui secara pasti dan juga memastikan, lembaga kepolisian akan terus memerangi narkoba di Indonesia, terkhususnya di wilayah Polda Sulsel.

"Kami akan selidiki ini agar masyarakat tidak berpikir macam-macam, untuk anggota polisi yang ke rumah cullang juga akan ditanya, apakah mereka pergi bertugas atau apa," ujar Dicky.(*)

Berita Terkini