Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Motif Pembunuhan Kacab Bank BUMN Terungkap, Rekam Jejak Dwi Hartono Suram

Dwi Hartono sebagai dalang aksi keji yang merenggut nyawa Ilham di Jakarta Pusat. Ia menyewa tujuh orang untuk menculik dan menghabisi nyawa korban.

Editor: Ansar
TribunnewsMaker
DWI HARTONO - Ilham Pradipta (kiri) Dwi Hartono (kanan). Dwi Hartono menjadi otak pembunuhan Ilham Pradipta, ia dikenal sebagai crazy rich Jambi yang depat dengan sejumlah pejabat (Kolase dok pribadi Ilham Pradipta | dok pribadi Dwi Hartono) 

Beberapa hari kemudian, jasad Ilham ditemukan di area persawahan Kampung Karangsambung, Desa Nagasari, Serang Batu, Kabupaten Bekasi.

Tubuhnya ditemukan dalam kondisi mengenaskan, mata dilakban, tangan dan kaki terikat.

"Benar ditemukannya mayat seorang laki-laki di Kampung Karangsambung. Kondisi korban saat itu dilakban di bagian matanya dan diikat di kaki dan tangan," kata Kapolsek Serang Baru, AKP Hotma Sitompul.

Hasil autopsi menunjukkan Ilham tewas akibat hantaman benda tumpul di bagian dada dan leher yang menyebabkan gangguan pernapasan fatal.

"Kemungkinan ada tekanan pada tulang leher dan dada (akibat hantaman benda tumpul) yang menyebabkan dia (korban) kesulitan bernafas," ungkap Kepala RS Polri Kramat Jati, Brigjen Pol Prima Heru.

Rekam Jejak Dwi Hartono: Dari Motivator ke Penjahat

Dikenal sebagai seorang motivator dan pengusaha, Dwi Hartono tampak cukup aktif di media sosial.

Dalam profilnya, ia mengklaim berprofesi sebagai pengusaha di berbagai sektor: properti, perkebunan, perdagangan, pendidikan, hingga e-commerce. Ia juga memiliki dua perusahaan, salah satunya bergerak di bidang aplikasi bimbingan belajar (bimbel) online.

Namun di balik citra profesionalnya, Dwi Hartono ternyata menyimpan sejarah kelam.

Pada 2012, namanya sempat terseret kasus pemalsuan ijazah dan manipulasi nilai untuk memasukkan lima orang mahasiswa ke Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang.

Kala itu, ia diketahui sebagai mahasiswa angkatan 2004 di fakultas yang sama.

Melalui sebuah lembaga bimbingan belajar, Dwi menjalankan modus curang dengan memanipulasi nilai IPA calon mahasiswa dan bahkan bertindak sebagai joki ujian.

Biaya yang dipatok bervariasi, dari Rp50 juta hingga hampir Rp1 miliar per orang.

Aksi ini dilakukannya sejak tahun 2006.

Dalam pengakuan salah satu pelaku lainnya, Ferry, ia mengaku hanya berperan sebagai perantara dan mendapat imbalan Rp5 juta hingga Rp10 juta untuk setiap peserta.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved