Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Harga Beras

Harga Gabah Ikut Naik, Petani Maros Nikmati Berkah Lonjakan Beras

Harga beras di Maros melonjak. Pedagang menjerit omzet turun, petani justru senang harga gabah naik. Stok SPHP di pasar makin langka.

Penulis: Nurul Hidayah | Editor: Sukmawati Ibrahim
NURUL HIDAYAH/TRIBUN TIMUR
HARGA BERAS - Salah satu penjual beras di Pasar Batangase Maros, Haji Erna, Selasa (26/8/2025). Harga beras di Maros melonjak dalam dua minggu terakhir. 

TRIBUNMAROS.COM, MAROS – Harga beras di Pasar Batangase, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan melonjak dalam dua pekan terakhir.

Kabupaten Maros terletak di bagian barat Provinsi Sulawesi Selatan dan berbatasan langsung dengan Kota Makassar.

Secara geografis, Maros merupakan pintu gerbang utama ke Sulsel karena Bandara Internasional Sultan Hasanuddin berada di wilayah ini.

Maros memiliki 14 kecamatan tersebar di wilayah barat Provinsi Sulawesi Selatan.

Berikut daftar kecamatannya:

Mandai

Maros Baru

Marusu

Turikale

Bantimurung

Simbang

Tanralili

Bontoa

Lau

Moncongloe

Tompobulu

Camba

Cenrana

Mallawa

Kabupaten ini juga terdiri dari 80 desa dan 23 kelurahan, dengan total 103 desa/kelurahan. 

Salah satu penjual beras, Haji Erna, mengatakan kenaikan harga ini cukup drastis.

Beras lokal sebelumnya Rp10 ribu per liter kini menjadi Rp13 ribu.

Beras SPHP biasa Rp53 ribu kini naik menjadi Rp58 ribu per lima kilogram.

“Beras Gambar Mawar juga naik dari Rp75 ribu jadi Rp80 ribu per lima kilogram,” ujarnya, Selasa (26/8/2025).

Ia menyebut penyebab utama kenaikan harga adalah stok yang sulit didapat.

“Kalau beras SPHP dari Bulog itu cepat habis. Stoknya terbatas, jadi begitu masuk, langsung ludes,” jelasnya.

Hal senada disampaikan pedagang lain, Hayati.

Ia mengaku kenaikan harga sangat terasa dan berdampak langsung pada omzet penjualan.

Baca juga: Harga Beras di Pasar Sentral Lama Bone Turun, Dari Rp18 Ribu Jadi Rp13 Ribu per Liter

“Biasanya saya ambil beras lokal modalnya cuma Rp8 ribu per kilogram. Sekarang sudah Rp15 ribu. Barangnya juga mulai susah dicari,” katanya.

Lonjakan harga di kabupaten berpenduduk 403.774 jiwa (data BPS) ini membuat pembeli semakin sepi. 

Hayati mengungkapkan, sebelumnya ia bisa menjual hingga 100 kilogram beras per hari, namun kini paling banyak hanya sekitar 30 kilogram.

“Orang-orang pada ngeluh, makanya banyak yang mengurangi pembelian. Dulu langganan bisa ambil 5 kilogram, sekarang cuma 2 kilogram,” jelasnya.

Seorang pembeli, Rahma, mengaku terpaksa mengurangi pembelian karena harga yang terus naik.

“Biasa saya beli 10 kilogram untuk sebulan, sekarang cukup 5 kilogram saja. Mau bagaimana lagi, harganya naik terus, sementara kebutuhan lain juga banyak,” ujarnya.

Kondisi ini berbanding terbalik dengan petani.

Naiknya harga beras membuat harga gabah ikut melambung. 

Petani asal Kecamatan Simbang, Usman, mengatakan harga beli gabah kering sawah kini mencapai Rp7.100–Rp7.200 per kilogram.

Angka tersebut selisih Rp700 dari ketetapan pemerintah yakni Rp6.500 per kilogram.

“Alhamdulillah, ini cukup membantu petani. Keuntungan jadi lebih besar, kehidupan juga lebih sejahtera,” katanya.

Kabupaten Maros memiliki total lahan persawahan seluas sekitar 25.276 hektare.

Area persawahan tersebar di 8 kecamatan, termasuk Bontoa, Marusu, Maros Baru, Mandai, Camba, Cenrana, Mallawa, dan Moncongloe.(*)

 

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved