Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pelecehan Seksual di Kampus

Giliran Karta Jayadi Polisikan QDB ke Polda Sulsel

Rektor UNM Prof Karta Jayadi dan dosen Q saling lapor ke Polda Sulsel. Keduanya terlibat kasus dugaan ITE dan pelecehan seksual digital.  

Penulis: Muslimin Emba | Editor: Sukmawati Ibrahim
dok IG QDB/Dok Tribun
PELECEHAN SEKSUAL - Kolase foto mantan Kepala Pusat Pengabdian Kepada Masyarakat dan Teknologi Tepat Guna, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Doktor QDB dan Rektor Universitas Negeri Makassar, Prof Karta Jayadi. 

Jika tidak dilakukan dalam 3x24 jam, QDB akan dilaporkan ke Polda Sulsel.

“Awalnya Prof ingin langsung lapor, tapi kami sarankan tempuh dulu proses hukum lewat somasi,” jelas Jamil.

Ia menduga laporan QDB bermotif lain dan mungkin bukan kehendak pribadi.

“Mungkin dia didorong oleh orang lain. Kami mencurigai ini didesain oleh pihak tertentu,” kata Jamil.

Kecurigaan itu muncul karena laporan QDB berdasar chat pada 2022.

“Kalau merasa keberatan, kenapa baru sekarang? Ini mencurigakan,” ujarnya.

Jamil juga menyebut laporan QDB terkait pemberhentiannya sebagai Kepala Pusat Pengabdian kepada Masyarakat dan Teknologi Tepat Guna LP2M, serta sanksi akademik yang melarangnya membimbing atau menguji mahasiswa di salah satu prodi Fakultas Teknik.

Sanksi itu, menurut Jamil, bukan kehendak Prof Karta, melainkan hasil laporan dari bawah.

“Prof hanya terima laporan dari fakultas tempat QDB mengabdi,” ungkap Jamil.

“Lalu keluar SK pemberhentian, dan dia diganti,” tambahnya.

Jamil juga menjelaskan kronologi chat versi Prof Karta.

“Suatu hari QDB menelepon. ‘Saya ngopi sambil mengajar mahasiswa.’ Lalu Prof menyarankan mengajar di hotel agar nyaman, sambil ngopi,” ucapnya.

Menurut Jamil, tidak pernah ada ajakan eksplisit ke hotel.

“Sama sekali tidak ada kalimat Prof mengajak ke hotel. Itu tidak seperti yang disampaikan QDB ke media,” tegasnya.

Pengamat Komunikasi Prof Hasrullah menilai kasus ini terkesan sebagai upaya pembunuhan karakter.

“Ini sengaja dibuat seolah-olah terjadi, padahal tidak pernah bertemu langsung. Diksi yang dipakai justru merusak nama baik pimpinan UNM,” ujarnya. (*)

 

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved