Ksatria Baret Merah
Sosok Letda Darius Bayani 'Rambo-nya TNI' Prajurit Kopassus Ahli Lacak Jejak Lawan Tanpa Alat Modern
Letda Inf Darius Bayani Rambo-nya TNI merupakan prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) asal Papua.
TRIBUN-TIMUR.COM - Inilah sosok Ksatria Baret Merah, Letnan Dua Infanteri (Purn.) Darius Bayani.
Letda Inf Darius Bayani merupakan prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) asal Papua.
Kopassus adalah pasukan elite dari Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) yang memiliki keahlian khusus dalam berbagai operasi militer dan non-militer.
Kopassus dikenal dengan julukan Korps Baret Merah.
Pada Upacara Gerak Pasukan Operasional dan Kehormatan Militer di Batujajar, Bandung, Minggu (10/8/2025), Letda Inf Darius Bayani mendapatkan penghargaan Bintang Sakti dari Presiden Prabowo Subianto.
Bintang Sakti adalah tanda kehormatan yang diberikan oleh Pemerintah Republik Indonesia untuk menghormati keberanian dan ketabahan tekad seorang prajurit yang melebihi panggilan kewajiban dalam operasi militer.
Adapun Letda Darius Bayani diberikan penghargaan Bintang Sakti atas jasanya saat berdinas di TNI dalam Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma di Papua pada tahun 1996.
Lantas seperti apa sosok Letda Darius Bayani?
Sosok dan Sepak Terjang Letda Darius Bayani
Sosok dan sepak terjang Darius Bayani dibagikan di akun Instagram @penkopassus, Rabu (13/8/2025).
Dilansir Tribun-Timur.com dari Instagram @penkopassus, Darius Bayani (saat itu berpangkar Sersan Kepala atau Serka) dikenal karena keberanian dan kemampuannya membaca medan operasi.
Serka adalah pangkat bintara peringkat ketiga di TNI, yang berada di bawah Sersan Mayor (Serma) dan di atas Sersan Satu (Sertu).
Pangkat ini setara dengan Brigadir Polisi Kepala dalam Kepolisian Republik Indonesia (Polri)
Darius Bayani dijuluki “Rambo-nya TNI”.
Julukan itu diberikan sebagai pengakuan atas keahliannya menembak presisi dan melacak jejak lawan di hutan Papua, sering kali tanpa alas kaki demi kelincahan di medan Papua.
Puncak kiprahnya adalah pada Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma (1996).
Saat itu Darius Bayani memberi informasi penting kepada Brigjen Prabowo Subianto, yang saat itu menjabat Komandan Jenderal Kopassus, tentang posisi sandera yang disandera oleh OPM.
Dengan panduan Bayani, pasukan berhasil menembus hutan lebat tanpa teknologi canggih dan membebaskan para sandera dalam operasi yang kemudian diakui dunia sebagai “Mission Impossible.”
Keberhasilan Operasi Mapenduma mengharumkan nama TNI dan Indonesia.
Nama Darius Bayani Disebur dalam Buku Presiden Prabowo
Nama Letda Darius Bayani pernah disebut dalam dua buku karya Presiden Prabowo.
Dalam buku tersebut, diceritakan bahwa Bayani (saat itu berpangkat Serka) dikenal memiliki kemampuan menembak presisi serta keahlian membaca jejak di hutan Papua.
Bayani mampu menginfiltrasi camp musuh, menewaskan beberapa lawan, sekaligus merebut senjata hanya dalam sekali operasi.
Selama bertugas, ia berhasil merebut sekitar 100 pucuk senjata.
Keahliannya membuat Bayani menjadi salah satu andalan Prabowo ketika TNI menghadapi kesulitan memperoleh data intelijen mengenai lokasi penyanderaan, mengingat pada masa itu belum tersedia drone intai maupun peralatan modern lainnya.
Dalam peristiwa penyanderaan Mapenduma tahun 1996, Prabowo kemudian menunjuk Bayani untuk memimpin Tim Kasuari.
Tim Kasuari adalah tim pembaca jejak yang terdiri dari pasukan Kopassus dan Kodam Cenderawasih.
Tim ini dikirim ke daerah sulit tanpa satelit, drone, ataupun peta yang memadai.
Di bawah kepemimpinannya, tim ini berhasil melaksanakan operasi pembebasan sandera.
Pasukan TNI berhasil membebaskan sebagian besar sandera.
Dari total 26 sandera, tiga orang tewas dibunuh penyandera, sementara sisanya berhasil diselamatkan, termasuk semua sandera berkebangsaan asing.
Atas keberanian dan kemampuannya yang luar biasa, Presiden Prabowo memberikan pujian khusus.
“Jika ada Rambo di TNI, saya kira Bayani bisa memenuhi syarat untuk jadi Rambo.”
Tentang Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma
Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma adalah operasi militer untuk membebaskan peneliti dari Ekspedisi Lorentz 95 yang disandera Organisasi Papua Merdeka dalam peristiwa Krisis sandera Mapenduma.
Operasi ini sebagian besar anggotanya berasal dari Kopassus.
Operasi ini dimulai tanggal 8 Januari 1996 sejak dilaporkannya peristiwa penyanderaan tersebut, dipimpin oleh Komandan Jenderal Kopassus Brigjen TNI Prabowo Subianto.
8 Januari 1996, Mission Aviation Fellowship cabang Wamena melaporkan kepada Kodim 1702/Jayawijaya, Irian Jaya, bahwa sejumlah peneliti yang tergabung dalam Ekspedisi Lorentz 95 disandera oleh OPM kelompok Kelly Kwalik, di kampung Mapenduma, distrik Tiom, Jayawijaya.
Ekspedisi itu sendiri sudah berada di Mapenduma, sekitar 160 km di barat daya Wamena, sejak tanggal 18 November 1995.
Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma berakhir tanggal 9 Mei 1996 setelah penyerbuan Kopassus ke markas OPM di Geselema, Alama, Mimika.
Dalam penyerbuan ini, 2 dari 11 sandera ditemukan tewas, Matheis Yosias Lasembu seorang peneliti ornitologi dan Navy W. Th. Panekenan seorang peneliti biologi. (Tribun-Timur.com/ Sakinah Sudin)
Letda Darius Bayani
Darius Bayani
Kopassus
Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma
Ksatria Baret Merah
Sosok dan Peran Gerry Aditya ASN Penerima Suap Terbanyak Sertifikat K3 Kemnaker |
![]() |
---|
BPM Makassar Diusulkan Jadi Badan, Demi Efektivitas Pelayanan Publik |
![]() |
---|
Alasan Pengacara Revelino Ancam Ridwan Kamil Jika Damai dengan Lisa Mariana |
![]() |
---|
Resmi Dilantik, Jumrana Salikki Kembali Pimpin KM Bulukumba 2025–2030 |
![]() |
---|
Jufri Rahman Cerita Belajar 'Clean Table Style' dari Mappatoeroeng Sejak 1988 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.