Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun RT RW

Sosok Askari, Warga RW 02 BTN Agraria Makassar Ciptakan Mesin Insinerator Hidrogen Atasi Sampah

Pria berusia 58 tahun itu merupakan warga BTN Agraria, Jalan Emmy Saelan III, Kelurahan Karunrung, Kecamatan Rappocini.

Penulis: Erlan Saputra | Editor: Saldy Irawan
TRIBUN-TIMUR.COM
Askari Andi Azis Pangara 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Sampah masih menjadi persoalan klasik di Kota Makassar

Sejatinya, pemerintah terus berupaya mengatasi persoalan ini lewat armada pengangkut.

Namun, tumpukan sampah masih kerap menghiasi sudut-sudut kota.

Makassar sendiri dihuni sekitar 1,48 juta jiwa pada 2024. 

Setiap hari, ibu kota Provinsi Sulsel ini menghasilkan rata-rata 245,8 ton sampah.

Atau setara 7.374,5 ton per bulan. 

Angka tersebut membuat beban pengelolaan semakin berat.

Kondisi ini membuat Askari Andi Azis Pangara merasa resah.

Pria berusia 58 tahun itu merupakan warga BTN Agraria, Jalan Emmy Saelan III, Kelurahan Karunrung, Kecamatan Rappocini.

Ia lahir di Kabupaten Pinrang pada 7 Desember 1969. 

Pendidikan tingginya ditempuh di Politeknik Universitas Hasanuddin (Unhas). 

Di mana ia mengambil program diploma pada 1989–1992.

Kampus tersebut kemudian bertransformasi menjadi Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP).

Sebuah perguruan tinggi negeri yang berdiri sejak 1987.

Askari mengatakan, hampir setiap hari selalu menyaksikan tumpukan sampah di depan rumah warga. 

Apalagi ketika mobil pengangkut sampah terlambat datang atau mengalami kerusakan.

“Kalau armada pengangkut rusak, sampah langsung menumpuk. Bau busuknya menyebar sampai ke rumah-rumah," kata Askari kepada Tribun-Timur, Jumat (22/8/2025).

"Dari situ saya berpikir, kenapa kita tidak bikin mesin pembasmi sampah sendiri, supaya tidak mesti menunggu dibawa ke TPA,” tambahnya.

TPA adalah singkatan dari Tempat Pemrosesan Akhir sampah.

Di Makassar, pusat pembuangan sampah berada di TPA Antang.

Lokasinya terletak di Tamangapa, Kecamatan Manggala.

Askari telah merancang sebuah mesin insinerator berbasis hidrogen. 

Ide itu berawal dari perpaduan pengetahuan akademis dan pengalamanny ketika bekerja di industri.

Meski bentuknya sederhana, mesin ini dirakit penuh perhitungan. 

Energi panas pada mesin ini dihasilkan melalui kombinasi api plasma, oli bekas, dan air yang diolah menjadi hidrogen. 

Perpaduan ketiganya menciptakan suhu sangat tinggi.

Sehingga mampu membakar dan menguraikan berbagai jenis sampah rumah tangga.

Dengan mekanisme ini, sampah yang menumpuk dapat dilumat lebih cepat, efisien, dan minim residu

Sudah dua bulan terakhir, mesin itu diuji coba. 

"Alhamdulillah, hasilnya tidak mengecewakan. Sampah plastik, dedaunan basah, hingga limbah rumah tangga dapat dimusnahkan," katanya.

Dia mengaku hanya sampah berbahan kaca dan logam yang belum bisa diproses.

"Mesinnya sudah berfungsi, hanya saja masih tahap penyempurnaan. Kendalanya memang biaya, jadi prosesnya belum tuntas. Tapi sejauh ini uji coba menunjukkan hasil yang cukup baik,” jelas Askari.

Menariknya, residu dari pembakaran tidak terbuang percuma. 

Abu hasil insinerasi bisa dijadikan media tanam.

Sementara plastik yang dipilah dapat diolah kembali menjadi bahan bangunan.

Misalnya, vaping block (produk beton).

“Jadi sampah bukan hanya hilang, tapi juga bisa memberi manfaat baru,” tambahnya.

Bagi Askari, inovasi ini lahir bukan semata dari kemampuan teknis.

Melainkan dari keresahan warga biasa yang ingin lingkungannya lebih bersih dan sehat. 

Ia menilai, pemusnahan sampah idealnya dilakukan langsung di lingkungan RT atau RW. 

Dengan begitu, warga tidak sepenuhnya bergantung pada TPA.

"Kalau bisa diperbanyak, saya yakin masalah sampah di Makassar bisa lebih cepat teratasi,” harap Askari.

Askari juga berharap ada dukungan Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin. 

Baik dalam penyempurnaan teknologi maupun pengadaan mesin di tingkat RT/RW. 

Ia menilai, jika setiap lingkungan memiliki insinerator, persoalan sampah di Makassar bisa lebih cepat teratasi. 

Dengan demikian, warga tidak lagi harus menunggu pengangkutan ke TPA.

"Mudah-mudahan ke depan, Pak Wali Kota bisa hadir menyaksikan hasil karya kami. Sebab persoalan sampah hanya bisa diselesaikan jika ada kolaborasi pemerintah dan warga,” kata Askari.(*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved