Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Hadapi Panen Kedua, Pemprov Sulsel Mulai Antisipasi Perang Harga Gabah di Penggiling

Dalam peraturan Bapanas Nomor 5 Tahun 2024, beras medium di Sulsel seharusnya ada di kisaran harga Rp12.500 per kilogram.

Penulis: Faqih Imtiyaaz | Editor: Saldy Irawan
DOK PRIBADI
DG Ngagi (64), warga Jongaya memperlihatkan beras SPSH Bolog kantongan 5 kg di rumahnya, Jl Dg Ngeppe, Tamalate, Makassar, Selasa (12/8/2025). Beras subsidi ini dijual sehari pasca-lawatan Ketua Komisi Pangan IV DPR-RI dari Fraksi Gerindra Titik Soeharto, kemarin. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Harga beras di Sulawesi Selatan (Sulsel) masih diatas Harga Eceran Tertinggi (HET).

Dalam peraturan Bapanas Nomor 5 Tahun 2024, beras medium di Sulsel seharusnya ada di kisaran harga Rp12.500 per kilogram.

Sementara beras premium dijual Rp14.900 per kilogram.

Data Dinas Ketahanan Pangan (Ketapang) Sulsel harga beras bervariasi di Sulsel, namun serentak masih diatas HET.

"Ada temuan dijual di atas HET (beras medium) di kisaran Rp14.000, beras premium yang dijual di atas HET menyentuh harga Rp 17.000," ujar Sekretaris Dinas Ketapang Sulsel Kemal Redindo usai rapat di Kantor Gubernur Sulsel Jumat (15/8/2025).

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel mengidentifikasi adanya persaingan harga serapan gabah tidak wajar.

Gabah hasil panen lalu, banyak diserap penggiling dengan harga diatas Harga Pembelian Pemerintah (HPP).

Bapanas sudah menetapkan HPP diangka Rp 6.500 per kg. Namun masih banyak penggiling menawarkan harga diatas HPP ke petani.

Dengan harga serapan gabah diatas HPP, maka berpengaruh ke harga beras dijual lebih mahal.

Momentum menghadapi panen kedua September mendatang, kondisi ini menjadi perhatian Ketapang Sulsel.

Pertemuan bersama penggiling beras di Sulsel pun telah dilakukan.

"Memang kita lagi tunggu panen kedua, sehingga dari panen ini kami sepakati setelah panen gabah itu harus 6.500 tidak lebih, tidak akan terjadi peperangan harga antara penggiling satu dan lainnya. Ini kita sepakat, dengan Rp 6.500 maka harga beras terjaga," lanjut putra Syahrul Yasin Limpo ini.

Kemal mengaku penggiling sebenarnya telah mendapat untung dengan pembelian gabah Rp 6.500.

Sehingga perang harga disebutnya tidak seharusnya terjadi di tingkat penggiling.

"(Kita tanya) Dengan harga gabah 6500 apakah sudah untung? Tadi katanya sudah untung. Kalau mereka sudah untung maka HET jangan dilebihkan," kata Kemal.

Halaman
12
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved