Opini
Mengenang Dr. Aswar Hasan: Jejak Idealisme dan Integritas
Tepat di bulan kemerdekaan, di bulan ia dilahirkan, sosok guru, mentor, kawan diskusi dan panutan kami, Dr. Aswar Hasan, M.Si, berpulang.
Saat itu hujan turun deras. Beliau datang naik motor, basah kuyup. Saya terkejut, sebab beliau adalah komisioner Komisi Informasi Sulawesi Selatan yang seharusnya difasilitasi kendaraan dinas. Saya bertanya, "Kenapa tidak diantar sopir, Pak?"
Jawabannya sungguh mengguncang batin saya, "Kalian mengundang saya sebagai pemateri pakar komunikasi politik, bukan sebagai komisioner KI. Jadi saya datang naik motor saja."
Jawaban itu adalah tamparan lembut yang membangunkan. Beliau mengajarkan bahwa integritas adalah kesetiaan pada peran, bukan pada fasilitas.
Ia mengajarkan bahwa jabatan adalah amanah, bukan identitas. Itulah esensi dari prinsip yang ia genggam erat: menempatkan substansi di atas segala atribut.
Pelajaran itu mengukir dalam-dalam, membentuk saya untuk selalu berpegang pada prinsip, terlepas dari seberapa besar godaan atau kemudahan yang datang.
Atasan yang Menjaga Integritas dan Membentuk Karakter
Ketika takdir mempertemukan kami kembali di Komisi Informasi dan Komisi Penyiaran Indonesia Pusat (KPI) saat itu saya dipercayakan sebagai sekretaris beliau di KPI Pusat, saya melihat idealisme yang sama, kini berbalut kematangan seorang pemimpin. Beliau bukan hanya atasan, tetapi mentor yang menantang saya untuk terus tumbuh.
Di bawah kepemimpinannya, saya belajar bahwa integritas bukan hanya soal jujur, tetapi juga soal keberanian.
Keberanian untuk menegur kesalahan, keberanian untuk membela kebenaran, dan keberanian untuk mengambil risiko demi kemaslahatan publik.
Beliau mendorong saya untuk menulis. "Tuliskan apa yang kamu rasakan, apa yang kamu lihat, dan apa yang kamu pikirkan," pesannya.
Beliau percaya bahwa tulisan adalah senjata paling tajam untuk menyuarakan kebenaran.
Dari beliau, saya belajar bahwa setiap kata yang tertulis harus memiliki pertanggungjawaban moral dan intelektual.
Beliau membimbing saya bukan hanya dalam memilih diksi, tetapi juga dalam membangun argumen yang kokoh, seolah setiap tulisan adalah cerminan dari integritas diri.
Warisan yang Tak Terlupakan
Kepergian beliau memang meninggalkan kekosongan. Namun, semangat idealisme dan integritas yang telah beliau tanamkan akan terus hidup dan bersemi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.