Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kepala Daerah Perempuan

5 Pemimpin Perempuan di Sulsel, Ini Tantangan dan Peluangnya

Lima kepala daerah perempuan di Sulsel dinilai punya kekuatan politik. Mereka dituntut buktikan kinerja, bukan hanya janji politik.  

Penulis: Siti Aminah | Editor: Sukmawati Ibrahim
TRIBUN TIMUR
PEMIMPIN PEREMPUAN – Deretan pemimpin perempuan di Sulsel: Ratnawati Arif (Bupati Sinjai), Husniah Talenrang (Bupati Gowa), Fatmawati Rusdi (Wakil Gubernur Sulsel), Andi Ina Kartika Sari (Bupati Barru), dan Naili Trisal (Wali Kota Palopo). Kelimanya diprediksi menjadi kandidat kuat Pilgub Sulsel. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Lima figur perempuan di Sulawesi Selatan (Sulsel) kini menempati jabatan strategis sebagai kepala daerah.

Andi Ina Kartika Sari menjabat Bupati Barru, Husnia Talenrang sebagai Bupati Gowa, Ratnawati Arief menjadi Bupati Sinjai, dan Naili Trisal baru saja dilantik sebagai Wali Kota Palopo.

Fatmawati Rusdi juga menduduki posisi Wakil Gubernur Sulsel.

Sementara Aliyah Mustika Ilham menjabat Wakil Wali Kota Makassar.

Kelima tokoh ini menjadi representasi perempuan di lembaga eksekutif.

Aktivis perempuan, Ema Husain, menilai kehadiran mereka menjadi bukti bahwa perempuan mendapat ruang dalam politik.

Fatmawati, Andi Ina, Aliyah, Husnia, dan Naili telah membuktikan kemampuan bersaing di dunia politik.

Namun, mereka juga menghadapi tantangan besar.

Kepala daerah perempuan dituntut menepati janji saat kampanye, bukan sekadar menjadikannya pemanis.

Masyarakat menanti kebijakan konkret, khususnya yang berpihak pada anak, hak-hak perempuan, kesetaraan gender, hingga perlindungan dari kekerasan.

“Perempuan di Sulawesi Selatan telah mengambil bagian penting dalam pembangunan daerah, terutama dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” ujar Ema kepada Tribun Timur, Senin (4/8/2025).

“Mereka telah menunjukkan kemampuan dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, kesehatan, dan ekonomi,” sambungnya.

Figur-figur tersebut kini menjadi contoh bagi perempuan lain untuk terlibat dalam politik dan menyusun kebijakan yang berpihak pada masyarakat.

Menurut Ema, masa jabatan ini harus dimanfaatkan dengan baik sebagai panggung menunjukkan kekuatan serta investasi sosial dan politik.

Jika masyarakat menilai mereka berkapabilitas, itu akan berdampak positif terhadap citra kepemimpinan perempuan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved