Headline Tribun Timur
Rekor Beras Sulsel, Termahal Sepanjang Sejarah
Pemprov Sulsel memastikan beras dalam program stabilisasi pasokan harga pangan (SPHP) mulai didistribusikan.
Fakta bahwa beras melimpah namun harga tetap naik merupakan bukti bahwa ada aktor besar yang bermain di balik fluktuasi harga beras.
Ia juga menyinggung isu beras oplosan yang menjadi celah bagi pedagang untuk menaikkan harga secara sepihak.
Kondisi ini, menurutnya, memperlihatkan ketidakmampuan pemerintah dalam mengendalikan dua hal mendasar dalam swasembada pangan, yakni ketersediaan dan harga.
“Persoalan koordinasi antara ketersediaan dan harga beras selalu menjadi masalah klasik dalam rantai pasok,” katanya.
Meski beras tersedia, masyarakat tetap dirugikan karena harganya tinggi atau justru tidak tersedia di pasaran.
Ia mengkritik lemahnya deteksi awal pemerintah atas tren kenaikan harga beras yang telah terjadi sejak April 2025.
Hal itu seharusnya bisa dicegah jika Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan bertindak cepat berdasarkan hasil survei harga mingguan yang rutin dilaporkan.
“Kalau dari April sampai sekarang harga naik, itu kecolongan pemerintah dalam memantau harga. Kalau sejak awal ditangani, bisa lebih mudah diatasi,” katanya.
Ia menuding adanya kelompok-kelompok bermodal besar sengaja menahan pasokan beras dan baru melepasnya saat harga naik.
Modus seperti ini dinilai sulit terdeteksi karena dilakukan secara sistematis dan terstruktur. Jadi by desain oleh kelompok atau bermodal tertentu yang tak bisa dideteksi oleh pemerintah.
SPHP Terlambat
Harga beras di sejumlah pasar di Luwu melonjak sepekan terakhir.
Beras medium sebelumnya Rp12.500 per kg kini menjadi Rp16.000 per kilogram.
Kenaikan ini membuat warga merogoh kocek lebih dalam, yakni tambahan Rp3.500 per kg.
Kepala Dinas Perdagangan Luwu, Ruslang menyatakan, keterlambatan penyaluran beras subsidi dari Bulog menjadi salah satu penyebab lonjakan harga di pasar.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.