Harga Beras di Bone Sulsel Meroket, Plt Kadis Perdagangan: Serapan Bulog Terlalu Tinggi
Perum Bulog mengeluarkan data posisi cadangan beras nasional berada dalam kondisi sangat baik, yakni lebih dari 4,2 juta ton pada Juli 2025.
TRIBUN-TIMUR.COM, BONE - Harga beras di sejumlah daerah di Sulawesi Selatan terus melonjak tajam dan mulai langka di pasaran, termasuk di Kabupaten Bone.
Padahal, Perum Bulog mengeluarkan data posisi cadangan beras nasional berada dalam kondisi sangat baik, yakni lebih dari 4,2 juta ton pada Juli 2025.
Kondisi tersebut pun mulai dikeluhkan pedagang dan masyarakat yang semakin kesulitan memenuhi kebutuhan pokok harian.
Plt Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Andi Zainal Wahyudi saat dikonfirmasi Tribun-Timur.com, via telfon Kamis (24/7/2025) mengakui hal itu.
Andi Deny sapaan akrabnya mengakui kenaikan dan kelangkaan beras bukan hanya terjadi Bone saja.
Akan tetapi, hampir seluruh Indonesia mengalami hal tersebut.
"Penyebabnya itu karena pasokan di Pabrik itu berkurang. Karena serapan nya Bulog terlalu tinggi," akuinya.
Baca juga: Warung Sekitar Kampus Makassar Kurangi Porsi Nasi Imbas Kenaikan Harga Beras
Andi Deny mengakui masyarakat Kabupaten Bone rata-rata mengkonsumsi beras 2 hingga 3 liter perhari.
"Dan jika harga beras itu sekitar Rp15 ribu per liter jadi kebutuhan harian mereka itu Rp50 ribu hanya untuk membeli beras,"bebernya.
"Harapannya kami itu semoga beras SPHP segera di saluran," harapnya.
Ia menyebutkan hingga saat ini, beras SPHP belum juga disalurkan.
Sehingga hal tersebut juga menjadi salahnsatu faktor penyebab kenaikan harga.
"Kalau ini disalurkan, tentu akan menutupi kebutuhan masyarakat," bebernya.
"Jika permintaan dipasar berkurang, tentu harganya akan menurun,"tandasnya.
Kurangi Konsumsi Harian
Ibu rumah tangga asal Kecamatan Tanete Riattang Nisa (29) mengaku imbas kenaikan harga beras, dirinya harus mengurangi konsumsi harian.
"Saya kurangi porsi makan. Biasa itu anak-anakku protes i bilang kenapa tidak boleh tambah banyak nasi, saya hanya tersenyum,"akuinya.
Dirinya pun berharap ada solusi dari permasalahan ini.
Hal yang sama juga diungkapkan ibu rumah tangga asal Kecamatan Tanete Riattang Timur, Melda (30) juga mengurangi porsi makannya.
"Iye, ku kurangi. Karena mahal beras," akuinya.
Untuk mengatasi hal tersebut, Melda mengaku mulai menerapkan konsumsi umbi-umbian ke keluarga nya.
"Kadang sebelum makan itu, saya kasi dulu keluarga ku ubi rebus biar kenyang i," bebernya.
Melda pun berharap pemerintah Kabupaten Bone maupun pemerintah pusat bisa lebih memperhatikan masalah tersebut.
"Semoga ada solusi. Setidaknya diturunkan harganya itu saja," tandasnya.
Kondisi tersebut pun mulai dikeluhkan pedagang dan masyarakat yang semakin kesulitan memenuhi kebutuhan pokok harian.
Salah seorang pedagang beras eceran di Kelurahan Majang, Kecamatan Tanete Riattang Barat, Darmawati saat dikonfirmasi Tribun-Timur.com, Rabu (23/7/2025) mengaku sulit mendapat pasokan beras beberapa pekan terakhir.
Beberapa agen bahkan distributor utama tak mampu memenuhi permintaan.
"Untuk harga beras itu bermacam-macam mulai dari Rp13 ribu per liter itupun beras yang belum ditapis. Kalau untuk beras yang sudah ditapis itu harganya Rp15-17 ribu per liter. Dan untuk kualitas yang bagusnya itu sudah tidak ada dijual (langka)," akuinya.
"Kalau untuk harga itu mengalami kenaikan. Karena sebelumnya harga beras Rp10 ribu perliter itupun kualitas bagusmi. Sekarang yang belum ditapis saja harganya Rp13 ribu," sambungnya.
Darma mengaku kelangkaan terjadi karena beberapa wilayah penghasil belum memasuki masa panen.
"Dan ini beras langka sekali, sulit sekali didapat. Tidak kayak tahun lalu. Biar di distributor dan agen sussah tong i didapat. Rebutanpi padahal permintaan banyak,"bebernya.
"Mungkin itumi juga penyebabnya kenapa bisa mahalki beras. Karena langka. Dan kita tidak punya pilihan selain dinaikkan i,"sambungnya.
Darma menyebut mayoritas masyarakat di Kabupaten Bone beberapa bulan terakhir lebih memilih membeli beras literan.
"Sangat jarangmi beli beras perkarung karena mahal toh, harga perkarungnya itu setengah juta Rp500 ribu itupun berapa kilo ji di dapat. Nh semakin banyak pengeluaran," bebernya.
Darma pun berharap pemerintah pusat bisa meng atensi perihal masalah tersebut.
Masyarakat Menjerit
Menanggapi hal tersebut, salah seorang ibu rumah tangga di Kelurahan Majang, Kecamatan Tanete Riattang, Nurdiana (27) mengaku menjerit imbas beras naik.
"Sessaka kasian, mahal sekali beras. Baru setiap memasak itu saya masak nasi 3 liter karena kan banyakka juga sekeluarga," akuinya.
Nurdiana mengaku imbas beras mengalami kenaikan porsi makan di keluarganya juga dikurangi.
"Menghemat mi saja ini. Karena tidak bisaka juga beli seperti sebelumnya (sebelum naik)," akuinya.
Dirinya pun mengakui kaget harga beras yang melonjak drastis.
"Maksudku saya kenap harus naik? Saya kira itu banyak cadangannya pemerintah kenapa tidak disalurkan. Samaji bohong ini dibeli gabahta harga tinggi baru beras langka dipasaran," bebernya.
"Harapannya semoga stabil semua harga. Karena pusing kalau beras naik," tandasnya.(*)
Air Terjun Ladiako, Wisata Tersembunyi di Balik Bukit Bontocani Bone |
![]() |
---|
Antrean BBM Kian Mengular: Warga Bone Sulsel Resah Menanti Pertalite |
![]() |
---|
Setelah Tertunda, Hj Faidah Akhirnya Jabat Sekwan DPRD Bone |
![]() |
---|
SMAN 3 Bone Juara Mobile Legends Yamaha Supercup Series 2025, SMAN 1 Soppeng Terbaik Juara Free Fire |
![]() |
---|
Bone atau Wajo? KONI Belum Putuskan Venue Pembukaan Porprov Sulsel 2026 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.