Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Headline Tribun Timur

Bulog Biang Kerok Beras Mahal

Dinas Perindustrian Sulsel menyebut Perum Bulog sebagai penyebab utama kenaikan tersebut, akibat serapan besar-besaran terhadap gabah petani.

Editor: Sudirman
Tribun Timur
HEADLINE TRIBUN TIMUR - Dinas Perindustrian Sulsel menyebut Perum Bulog sebagai penyebab utama kenaikan harga. HET untuk beras medium Rp12.500 per kilogram, premium Rp14.900 per Kg. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Harga beras di sejumlah daerah di Sulsel melonjak tajam, menembus di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).

Dinas Perindustrian Sulsel menyebut Perum Bulog sebagai penyebab utama kenaikan tersebut, akibat serapan besar-besaran terhadap gabah petani.

Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian Sulsel, Rahayu Juwita, mengatakan, HET untuk beras medium Rp12.500 per kilogram, premium Rp14.900 per Kg.

Dibeberapa daerah harga beras tembus di atas HET.

“Memang ada kenaikan, seperti di Luwu yang mencapai Rp16.000 per kilogram, bahkan di Enrekang bisa tembus Rp17.000,” kata Rahayu, Senin (22/7).

Baca juga: Disperindag Sulsel Klaim Harga Beras Masih Normal, Hanya Luwu dan Enrekang Ada Lonjakan

Harga melambung karena Bulog membeli hampir seluruh gabah petani dengan harga Rp6.500 per kilogram.

Gabah-gabah itu disimpan ke dalam gudang Bulog, sehingga pasokan di pasaran menurun drastis.

“Sekarang di kampung-kampung sudah jarang penjual beras eceran dari rumah ke rumah, karena sebagian besar gabah sudah dibeli Bulog,” jelasnya.

Bulog baru saja melepas stok beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) untuk konsumsi masyarakat menengah ke bawah.

Beras premium yang dikonsumsi kalangan menengah ke atas tetap dijual tinggi.

Ia optimistis harga akan kembali stabil seiring panen raya yang diperkirakan terjadi pada Agustus mendatang.

Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemprov Sulsel, Ichsan Mustari, mengatakan kenaikan harga di dua wilayah itu dinilai tidak wajar karena kedekatannya dengan daerah lumbung pangan seperti Sidrap.

“Seharusnya tidak seperti itu, karena daerah tersebut dekat dengan sumber beras. Kok bisa harganya naik seperti itu? Ini yang akan kita evaluasi,” ujarnya, Senin (22/7).

Ichsan juga mempertanyakan apakah Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) tidak berjalan optimal di wilayah tersebut, sehingga lonjakan harga tidak dapat dikendalikan.

“Kalau CPP berfungsi sebagaimana mestinya, harga seharusnya bisa stabil. Mungkin ada hal yang luput dari pengawasan, dan ini yang akan kami telusuri,” katanya.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved