Penerapan Nilai Antikorupsi di Sekolah Masih Rendah, Disdik Fokus Pembangunan Karakter di SMA
Pasalnya, penerapan di tingkat SMA mengenai anti Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) masih terbilang rendah.
Penulis: Renaldi Cahyadi | Editor: Saldy Irawan
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) untuk seluruh siswa SMA dan SMK di Sulawesi Selatan sudah dimulai hari ini, Senin (14/7/2025).
Dinas Pendidikan (Disdik) Sulsel mendorong pelaksanaan MPLS tingkat SMA tahun ajaran 2025 agar tidak hanya menjadi ajang pengenalan lingkungan fisik sekolah, tetapi juga sebagai momentum membangun karakter, integritas, dan ketangguhan mental siswa.
Pasalnya, penerapan di tingkat SMA mengenai anti Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) masih terbilang rendah.
Kepala Dinas Pendidikan Sulsel, Iqbal Najmuddin, mengatakan bahwa nilai-nilai seperti Aku Benci Narkoba dan Aku Benci Korupsi harus menjadi bagian dari budaya sekolah, bukan sekadar slogan yang terpampang di seragam atau dinding kelas.
“Kalau hanya tertulis tapi tidak diamalkan, itu percuma. Sekolah harus menjadi tempat yang membentuk keberanian untuk jujur, tidak menyontek, tidak berbohong. Di SMA 1 misalnya, tidak ada lagi nilai tinggi karena menyontek. Ini yang perlu kita bangun di semua sekolah,” katanya usai MPLS di SMA 1 Makassar.
Hasil survei internal KPK melalui Survei Penilaian Integritas (SPI), kata Iqbal, menunjukkan penerapan prinsip antikorupsi, kolusi, dan nepotisme di sekolah masih rendah.
Karenanya, ia menekankan pentingnya setiap sekolah menetapkan standar etika dan integritas yang dapat diteladani oleh seluruh warga sekolah.
Terkait pencegahan kekerasan dan bullying, Iqbal mengaku, Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) yang sudah terbentuk di sekolah-sekolah akan diaktifkan kembali secara optimal, lengkap dengan monitoring dan evaluasi (monev) yang terstruktur.
“Setiap kejadian harus ditangani sesuai SOP oleh TPPK dan dilaporkan berjenjang hingga ke Dinas Pendidikan. Ini supaya penanganannya selesai di internal sekolah dan tidak menjadi isu publik yang berlebihan,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala SMA Negeri 1 Makassar, Sulihin Mustafa, mengatakan jika pihaknya telah mengawali MPLS tahun ini dengan pendekatan yang lebih ramah dan menyenangkan, sesuai panduan dari Kementerian Pendidikan.
“Tahun ini berbeda. MPLS harus menggembirakan. Kami mulai dengan jalan santai bersama siswa baru dan orang tua mereka sebagai bentuk silaturahmi dan komitmen bersama menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman,” katanya.
Sebagai bagian dari upaya pencegahan kekerasan, narkoba, dan penyimpangan perilaku, SMA Negeri 1 Makassar juga mengaktifkan TPPK sekolah yang bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Polda Sulsel, Polrestabes, BNN, dan psikolog dari perguruan tinggi.
“Kami juga hadirkan psikolog anak, karena masa SMA terutama kelas 10 dan 11 itu masa pencarian jati diri. Kami bangun kerja sama dengan orang tua agar jika ada perubahan perilaku pada siswa, bisa langsung dikomunikasikan dan ditangani,” ungkapnya.
Lanjut Sulihin, sekolah hanya memiliki waktu dari pukul 07.00 hingga 16.00, selebihnya menjadi tanggung jawab keluarga.
Oleh karena itu, kolaborasi dengan orang tua menjadi sangat penting dalam pengawasan dan pembinaan anak di luar sekolah.
"Makanya di SMA Negeri 1 kami memulai kemarin. Saya itu memulai MPLS kemarin dengan gerak jalan santai bersama siswa baru keluarga besar SMA 1 dan orang tuanya mereka," jelasnya.
"Jadi kami jalan keliling sini adalah sebagai bentuk bahwa anak-anak bapak dan ibu insyaallah akan aman, kita juga saling mengenal, bersilaturahmi, berkolaborasi untuk pendidikan anak-anak kita," tambahnya.(*)
Cicu Pastikan Aspirasi Rakyat Tetap Hidup Meski Gedung DPRD Sulsel Terbakar |
![]() |
---|
Harga dan Spesifikasi Honda CB150R 2025, Masih Ada Promo Potong DP |
![]() |
---|
Biddokkes Ungkap Penyebab Meninggalnya 2 Korban di Kantor DPRD Makassar, Alami Luka Bakar 99 Persen |
![]() |
---|
Atlet 21 Daerah Ikuti Kualifikasi Tenis PORPROV Bone-Wajo 2026 di Makassar |
![]() |
---|
Demonstrasi Berujung Pembakaran 2 Kantor Parlemen, Sosiolog Unhas: Akumulasi Kekecewaan Masyarakat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.