Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

HMI

Arief Rosyid Tanggapi Cak Imin: Pernyataan tentang HMI Menyesatkan

Ketua Umum PB HMI periode 2013–2015, Arief Rosyid Hasan, menanggapi keras pernyataan Muhaimin Iskandar soal HMI tak tumbuh dari bawah.

Editor: Muh Hasim Arfah
Dok Pribadi
TANGGAPAN KERAS HMI- Ketua Umum PB Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) periode 2013–2015, Arief Rosyid Hasan, menanggapi keras pernyataan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin yang menyebutkan bahwa “Kalau ada yang tak tumbuh dari bawah pasti bukan PMII, pasti itu HMI" Senin (14/7/2025). Cak Imin menyindir HMI saat acara Pengukuhan Pengurus Besar Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB IKA PMII). 

TRIBUN-TIMUR.COM, JAKARTA— Ketua Umum PB Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) periode 2013–2015, Arief Rosyid Hasan, menanggapi keras pernyataan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin yang menyebutkan bahwa “Kalau ada yang tak tumbuh dari bawah pasti bukan PMII, pasti itu HMI.” 

Pernyataan tersebut disampaikan Cak Imin dalam acara Pengukuhan Pengurus Besar Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB IKA PMII) di Hotel Bidakara, Jakarta, Minggu (13/7/2025).

Menurut Arief, pernyataan itu tidak hanya menyederhanakan sejarah gerakan mahasiswa Islam di Indonesia, tetapi juga menyesatkan publik.

Ia menilai pernyataan Cak Imin sebagai bentuk ketidakpahaman atas akar historis dan kontribusi besar HMI terhadap bangsa dan negara.

“Pernyataan Saudara Muhaimin Iskandar itu ahistoris, simplistik, dan menyesatkan,” tegas Arief dalam keterangannya kepada media, Senin (14/7/2025). 

“HMI lahir dari rahim perguruan tinggi, dari denyut intelektual dan keumatan mahasiswa di masa perjuangan kemerdekaan—bukan dari ruang istana atau elit kekuasaan.”

HMI, lanjut Arief, berdiri pada 5 Februari 1947 di tengah pergolakan bangsa yang baru saja merdeka.

Baca juga: Ketum Golkar Bahlil Lahadalia Dipermalukan Ribuan Kader Gerindra, Prabowo Malah Puji Cak Imin

Didirikan oleh Lafran Pane dan 14 mahasiswa lainnya di Yogyakarta, HMI menjadi organisasi mahasiswa tertua yang ikut mengawal pembangunan Indonesia dari awal.

Organisasi ini, menurutnya, tumbuh dari bawah, dari kampus, pesantren, dan keluarga sederhana.

“Jutaan kader HMI lahir dari kampus-kampus di daerah, dari rumah-rumah kaum kecil, dari pesantren dan dusun. Mereka menjadikan HMI sebagai jalan perjuangan untuk naik kelas, bukan sekadar sosial, tapi juga intelektual dan spiritual,” ujarnya.

Sebagai tokoh publik sekaligus Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Arief menilai Cak Imin seharusnya lebih berhati-hati dalam membuat pernyataan, meski dalam forum internal.

Ia mengingatkan bahwa perkataan pejabat publik selalu berimplikasi luas.

“Menuduh HMI tidak tumbuh dari bawah adalah bentuk ketidakbijakan. Apalagi beliau pernah mendapat dukungan dari berbagai unsur umat Islam, termasuk alumni HMI. Seharusnya lebih arif dan inklusif dalam menyampaikan pendapat,” kata Arief.

Meski memberikan kritik tegas, Arief tetap menunjukkan sikap terbuka terhadap organisasi lain. Ia menegaskan bahwa HMI menghormati PMII sebagai saudara seperjuangan dalam gerakan mahasiswa Islam.

Namun menurutnya, perbedaan pendekatan seharusnya menjadi ruang untuk memperkaya gagasan, bukan membenturkan identitas.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved