Nasib Petepete
Kisah Dg Boko 40 Tahun Jadi Sopir Petepete di Makassar: Dulu Rp150 / Hari, Sekarang Rp50 Ribu Susah
Dg Boko menunggu di sudut perempatan Jl Butung-Jl Sulawesi, tepat di depan pintu keluar Pasar Butung.
Penulis: Siti Aminah | Editor: Sudirman
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Dg Boko (67) celingak-celinguk memantau pengujung yang keluar dari Pusat Pasar Grosir Butung, Jl Pasar Butung, Kecamatan Wajo Kota Makassar.
Ia menggunakan kaos merah berkera, mesin petepete yang ia kemudikan masih tetap menyala menunggu penumpang.
Dg Boko menunggu di sudut perempatan Jl Butung-Jl Sulawesi, tepat di depan pintu keluar Pasar Butung.
Rutenya mengantar penumpang dari Pasar Butung hingga ke Terminal Mallengkeri.
Ia keluar rumah setiap pagi mulai pukul 06.00 wita, pulang menjelang petang.
Baca juga: Petepete Kian Sepi dan Terpinggirkan
Hingga pukul 16.00 wita, ayah tiga anak ini sudah dua kali pulang balik Pasar Butung-Mallengkeri.
"Ini sudah race ketiga, belum cukup 10 orang penumpang yang naik," ungkapnya kepada Tribun Timur, Senin (24/6/2025).
Ia melakoni pekerjaan ini sejak 1985, sekitar 40 tahun lalu.
Penurunan jumlah penumpang dari masa ke masa dirasakan betul oleh Dg Boko.
Dulu penumpang begitu berdesak-desakan, hampir jarang ditemui tempat duduk yang lowong.
Namun kondisinya kini berbanding terbalik.
Justru suasana angkot yang sesak dan padat tak pernah lagi ditemui.
"Dulu kita yang pilih-pilih penumpang, sekarang mau dipilih juga tidak ada pilihan, untung kalau dalam satu race bisa sampai 3 atau 5 orang," keluhnya.
Hadirnya moda transportasi baru menjadi tantangan besar bagi pelaku transportasi petepete.
Kemunculan transportasi online pada 2014 membuat para pelaku transportasi angkutan darat terancam.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.