Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

BI: Perang Israel vs Iran Bikin Target Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Melambat

Jika konflik Israel-Iran meluas hingga memicu perang nuklir, dampaknya terhadap perekonomian global akan semakin parah.

TRIBUN-TIMUR.COM/Muhammad Nur Alqadri
BANK INDONESIA - Kepala Deputi Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulsel, Wahyu Purnama saat membuka pelatihan wartawan. Selasa (24/6/2025). Menurutnya, target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar delapan persen di masa pemerintahan Presiden Prabowo dipastikan sulit tercapai jika berbagai gangguan global terus terjadi. 

 

 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Perang antara Israel dan Iran yang pecah sejak 13 Juni 2025 dinilai berpotensi menimbulkan kekacauan ekonomi global.

Kepala Deputi Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulsel, Wahyu Purnama, menyebut bahwa dampak perang Rusia-Ukraina saja yang masih berlangsung hingga kini telah menyebabkan inflasi besar-besaran di sejumlah negara.

Ia mengkhawatirkan, jika konflik Israel-Iran meluas hingga memicu perang nuklir, dampaknya terhadap perekonomian global akan semakin parah.

"Kalau Iran menutup Hormuz (selat yang memisahkan Iran dengan Uni Emirat Arab), bayangkan bagaimana kenaikan minyak dunia, yang juga akan berpengaruh terhadap emas," ucap Wahyu saat memberikan sambutan dalam pelatihan wartawan di Hotel Novotel Malioboro Yogyakarta, Selasa (24/6/2025) pagi.

"Dan itu juga terjadi di Indonesia, karena ini global, termasuk Sulsel, inflasi akan tinggi," sambungnya.

Baca juga: Andi Sudirman Khawatir Ekspor Sulsel Terganggu Akibat Konflik Iran vs Israel

Ia juga menyinggung dampak kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terkait tarif impor terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Menurutnya, target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar delapan persen di masa pemerintahan Presiden Prabowo dipastikan sulit tercapai jika berbagai gangguan global terus terjadi.

"Bagaimana mau delapan persen kalau gangguannya seperti ini," sebutnya.

Selain itu, Wahyu turut membahas kondisi perekonomian di Sulsel.

Ia menyebutkan, pada 2024 pertumbuhan ekonomi Sulsel berada di angka 5,18 persen. Padahal, pada periode 2011 hingga 2013, Sulsel sempat tumbuh hingga 8,3 persen.

"Dan kini terus melambat sampai sekarang berada di kisaran lima persen, pasca pandemi," ucapnya.

Ia menilai, mencapai pertumbuhan lima persen di kondisi saat ini saja sudah tergolong berat.

"Kecuali provinsi-provinsi yang memiliki smelter nikel, tembaga dan emas," ucapnya.

Untuk itu, ia menyebut target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar delapan persen pada 2029 membutuhkan upaya besar.

"Perlu suatu perjuangan yang luar biasa," ucapnya.

 

 

 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved