Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Cuaca Hari Ini

Makassar dan Sekitarnya Diprediksi Hujan Ringan Akhir Pekan

BMKG prediksi Mamminasata hujan ringan Sabtu ini. Sulsel masih alami kemarau basah akibat MJO, kondisi ini diperkirakan bertahan hingga Agustus.

Penulis: Faqih Imtiyaaz | Editor: Sukmawati Ibrahim
Dok : Tribunews
CUACA SULSEL – Ilustrasi. Prakiraan cuaca Sulsel hujan ringan hingga sedang pada Sabtu (21/6/2025). Wilayah Mamminasata diprediksi hujan ringan pagi hingga siang. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Cuaca di Sulawesi Selatan (Sulsel) selama Juni masih dipengaruhi curah hujan yang tak menentu. 

Kondisi ini merupakan dampak dari fenomena kemarau basah.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi hujan kembali turun di wilayah Sulsel pada Sabtu (21/6/2025).

Pagi hari, hujan ringan diperkirakan terjadi di Pangkep, Barru, Bone, Maros, Makassar, Gowa, Takalar, Jeneponto, dan Luwu Timur.

Siang hingga sore, hujan ringan masih mengguyur sebagian besar wilayah Sulsel

Sementara wilayah Tana Toraja, Enrekang, dan Pinrang berpotensi diguyur hujan sedang.

Wilayah Selayar, Luwu Utara, dan Wajo diprediksi berawan. Sedangkan malam hari, hanya Luwu Utara yang berpotensi hujan ringan.

Suhu udara diperkirakan antara 19 hingga 33 derajat Celsius, dengan kelembapan udara berkisar 77 sampai 100 persen.

Forecaster BMKG Wilayah IV, Sultan, menjelaskan bahwa sejumlah daerah di Sulsel, termasuk Makassar dan pesisir barat, sudah memasuki musim kemarau. 

Masa peralihan dari musim hujan ke kemarau terjadi pada Mei lalu.

Namun, saat ini Sulsel sedang mengalami kemarau basah, yakni kondisi hujan yang masih terjadi di musim kemarau.

"Kemarau basah, atau hujan turun di musim kering (April–Oktober), diprediksi masih akan berlanjut hingga medio Agustus 2025," jelas Sultan kepada Tribun-Timur.com.

Setelah itu, akan masuk masa transisi atau pancaroba pada September hingga November, sebelum musim hujan dimulai dari Desember 2025 hingga Februari 2026.

Menurut Sultan, fenomena cuaca global menjadi penyebab utama kondisi ini.

"Diperkirakan musim kemarau basah ini dilatarbelakangi oleh aktifnya fenomena cuaca MJO (Madden Julian Oscillation) yang memberikan kontribusi peningkatan curah hujan," tambahnya.

Selain MJO, fenomena gelombang atmosfer seperti Kelvin dan Equatorial Rossby juga turut memperkuat intensitas hujan. (*)

Laporan Wartawan Tribun-Timur.com, Faqih Imtiyaaz

 

 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved