Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Haji 2025

Penjual Buroncong Naik Haji Setelah 27 Tahun Jualan di Pasar Youtefa Jayapura

Sannang adalah perantau Bugis-Makassar dari Maros yang mencari rezeki di Pulau Papua.

Penulis: Mansur AM | Editor: Sudirman
Media Center Haji
EMBARKASI MAKASSAR - Dua jamaah Sannang Halim (kanan) dan Hasna Udding, jamaah Kloter 27 Embarkasi Makassar asal Jayapura, di lantai dasar Jumrah Aqabah Mina, Sabtu dini hari. Keduanya terpisah dari rombongan. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKKAH – Sannang Halim Mamang (52) semringah menuntaskan nafar awal di Mina.

Sannang adalah perantau Bugis-Makassar dari Maros yang mencari rezeki di Pulau Papua.

Penantian selama puluhan tahun menabung rezeki bersama suami membawanya ke Tanah Suci tahun ini.

Sannang dan suami Ismail tergabung dalam Kloter 27 embarkasi UPG asal Jayapura, Papua.

Sannang adalah salah seorang penjual kue ‘legendaris’ di Pasar Youtefa Abepura, Jayapura.

Baca juga: Puncak Haji Armuzna Berakhir, 25 Ribu Jemaah Haji Nafar Tsani Mulai Dipindahkan dari Mina ke Makkah

Ia mulai berjualan sejak tahun 1998 silam.

Setiap pagi, Sannang sudah ada di pintu masuk Pasar Youtefa sejak jam 02.00 WIT.

Ia menjajakan kue-kue tradisional seperti buroncong, molen, dan kue Pukis.

Pelanggan utamanya adalah para penjual sayur di pasar.

"Kalau mereka buka lapak, saya sudah duluan keliling," katanya saat ditemui Media Centre Haji di Kawasan Jamarat, Mina, Sabtu dini hari. 

Sannang dan suami mendaftar haji sejak 2013.

Setelah menunggu 12 tahun, ia berangkat tahun ini bersama 320 jemaah lainnya.

Ia bersyukur karena akhirnya bisa menjadi tamu Allah.

"Alhamdulillah, tahun ini Allah panggil ke Tanah Suci," ucapnya haru.

Sejak dari Arafah, Sannang dan suami Ismail pisah tenda dengan suami. 

Namun ia tak menganggapnya sebagai masalah. Baginya pisah 5 hari sejak Arafah dan Mina tak mengganggu. 

“Kita masing-masing fokus ibadah, daripada pusing pikirnya mending fokus ibadah yang dinanti selama puluhan tahun,” katanya. Komunikasi suami-istri di Armuzna via ponsel. 

Ia tak menyangka bisa naik haji dari hasil berjualan kue keliling.

Setiap hari ia membawa 7 sampai 10 jenis kue untuk dijual.

Hasilnya ia tabung sedikit demi sedikit untuk daftar haji.

Kini, penantiannya selama lebih dari satu dekade terbayar lunas.

Ia mengaku sangat terharu saat pertama kali melihat Kabah.

"Air mata langsung turun begitu melihat Kabah," ucapnya lirih.

Ia juga sempat menangis saat wukuf di Arafah.

"Rasanya seperti mimpi, akhirnya bisa wukuf juga," katanya.

Sannang berharap doa–doa terbaik bersama suami dan keluarganya.

Selama di Tanah Suci, Sannang mengaku terbantu dengan kesigapan petugas haji yang cepat merespon saat ada keperluan.

"Semua petugas baik, selalu ingatkan minum dan makan," katanya.

Ia berharap bisa menyelesaikan seluruh rangkaian ibadah dengan lancar.

Sannang juga menitip doa untuk keluarganya di Jayapura.

"Semoga keluarga sehat dan saya pulang sebagai haji mabrur," ucapnya.

Saat ditemui, Sannang bersama sahabat baru di Makkah. Namanya Hasna Udding. 

Usia 31 tahun. Masih single, asalnya Polima, Kalam Kudus, Jayapura. Hasna ke Tanah Suci atas amanah sang ayah. 

“Saya lupa kapan daftarnya, mama yang daftarkan ONH,” kata Hasna.

Sannang dan Hasna menjadi soulmate selama di Armuzna. Meski beda generasi, keduanya cepat akrab. 

Keduanya sama-sama mengambil nafar awal.

Keduanya bertemu datang menyapa petugas haji layanan Media Centre Haji (MCH) di area jumrah aqabah di lantai dasar Mina. 

Keduanya kebingungan karena seharusnya bertemu dengan teman hotelnya di lantai tiga tapi nyasar lantai dasar. 

Setelah diskusi, keduanya memutuskan ikut petugas haji melontar jumrah hari kedua dan diantar pulang ke hotelnya di 222 kawasan Syisah. 

Lokasi berdekatan dengan Kantor Daerah Kerja Makkah, tempat petugas haji nonkloter menginap.

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved