Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Dampingi Menteri LH Tinjau TPA Antang, INLA Sulsel Ajak Warga Ubah Sampah Organik Jadi Eco Enzyme

INLA Sulsel dampingi Menteri LHK kunjungi TPA Tamangapa, dorong pengelolaan sampah rumah tangga jadi eco enzyme untuk kurangi beban TPA.

INLA SULSEL
INLA SULSEL - INLA Sulsel menunjukkan komitmennya terhadap pelestarian lingkungan dengan mendampingi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Hanif Faisol Nurofiq serta Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin dalam kunjungan kerja ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Tamangapa, Senin (2/6). 

TRIBUN-TIMUR.COM — International Nature Loving Association (INLA) Sulawesi Selatan menunjukkan komitmennya terhadap pelestarian lingkungan dengan mendampingi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Hanif Faisol Nurofiq serta Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin dalam kunjungan kerja ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Tamangapa, Senin (2/6).

Kunjungan tersebut bertujuan untuk melihat langsung pengelolaan sampah di Kota Makassar sekaligus merumuskan langkah strategis dalam mengatasi persoalan lingkungan hidup, khususnya terkait penumpukan sampah rumah tangga.

Ketua INLA Sulsel, Tjing Ming Nelly, menyampaikan pentingnya peran aktif masyarakat dalam pengelolaan sampah, khususnya jenis organik yang menyumbang lebih dari 50 persen dari total sampah yang masuk ke TPA.

“Persoalan sampah tidak bisa hanya ditangani di hilir. Kita harus mulai dari hulu, yaitu di rumah tangga. Edukasi pengelolaan sampah organik menjadi solusi utama,” tegas Nelly.

Menurutnya, sampah organik seperti sisa dapur, sayur, dan buah memiliki potensi besar untuk diolah menjadi produk bermanfaat seperti eco enzyme, kompos cair, hingga pupuk alami. 

INLA SULSEL TINJAU TPA ANTANG-2
INLA Sulsel mendampingi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Hanif Faisol Nurofiq serta Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin dalam kunjungan kerja ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Tamangapa, Senin (2/6).

Bila tidak diolah, limbah ini bisa menghasilkan gas metana penyebab pemanasan global dan rembesan lindi yang mencemari air tanah.

Nelly menambahkan bahwa eco enzyme merupakan cairan hasil fermentasi limbah organik yang dapat digunakan sebagai pembersih alami, penjernih air dan udara, hingga pupuk untuk tanaman. Proses pembuatannya juga cukup mudah dan bisa diajarkan kepada masyarakat luas melalui pelatihan singkat.

INLA Sulsel saat ini sedang mendorong empat program utama untuk mendukung pengelolaan sampah organik berbasis komunitas, yaitu:

1. Edukasi Pengolahan Sampah Organik
Menyasar warga, sekolah, dan komunitas agar mandiri mengelola sampah organik di lingkungannya.

2. Kolaborasi Lintas Sektor
Menjalin kerja sama antara pemerintah, sekolah, komunitas lokal, hingga tokoh masyarakat berbasis kearifan lokal.

3. Kampanye “Sampahku, Tanggung Jawabku"
Mendorong budaya tanggung jawab pribadi terhadap sampah melalui pendekatan moral dan karakter.

4. Pendidikan Karakter Berbasis Lingkungan
Menyisipkan nilai-nilai etika cinta alam dalam kegiatan komunitas dan pendidikan nonformal.

Kehadiran INLA Sulsel dalam kegiatan ini menegaskan bahwa penyelesaian krisis sampah tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah. Perlu sinergi seluruh elemen masyarakat mulai dari individu, keluarga, sekolah, hingga komunitas dalam mendorong perubahan perilaku dan kesadaran kolektif.

Langkah nyata seperti pembuatan eco enzyme dari dapur rumah tangga dapat menjadi awal kecil menuju perubahan besar bagi lingkungan.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved