Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Badko HMI Sulsel

Dalami Islam Lalui Pendekatan Sains, Hasanuddin: Kader HMI Harus Paham Perubahan Sosial

Hasanuddin, mengajak seluruh kader HMI untuk mendalami ajaran Islam melalui pendekatan ilmiah yang kontekstual dan relevan dengan perkembangan zaman. 

Editor: Muh Hasim Arfah
dok tribun
PENDEKATAN ILMIAH-Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) periode 2004–2006, Hasanuddin, mengajak seluruh kader HMI untuk mendalami ajaran Islam melalui pendekatan ilmiah yang kontekstual dan relevan dengan perkembangan zaman. Hal ini ia sampaikan saat menjadi narasumber dalam kegiatan Advance Training atau Latihan Kader (LK III) Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Badan Koordinasi HMI Sulawesi Selatan di Sultan Alauddin Hotel and Convention, Makassar, Rabu (28/5/2025). 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) periode 2004–2006, Hasanuddin, mengajak seluruh kader HMI untuk mendalami ajaran Islam melalui pendekatan ilmiah yang kontekstual dan relevan dengan perkembangan zaman. 

Hal ini ia sampaikan saat menjadi narasumber dalam kegiatan Advance Training atau Latihan Kader (LK III) Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Badan Koordinasi HMI Sulawesi Selatan di Sultan Alauddin Hotel and Convention, Makassar, Rabu (28/5/2025).

Dalam sesi bertema “Penafsiran Al-Qur’an dan Pendalaman Islam Melalui Pendekatan Fisika Kuantum”, Hasanuddin—yang akrab disapa Kak Acang—menyoroti pentingnya menggunakan pendekatan-pendekatan baru, termasuk fisika kuantum, dalam memahami ajaran Islam.

“Kalau kita lihat hari ini, menggunakan pendekatan fisika klasik dalam mendalami nilai-nilai Islam sudah tidak relevan. Perlu pendekatan yang berbeda dan lebih maju, seperti fisika kuantum, agar pemahaman kita terhadap Islam bisa lebih kontekstual dan dinamis,” ujarnya.

Hasanuddin menegaskan bahwa kader HMI perlu terus mengembangkan diskursus keislaman dengan basis keilmuan yang kuat, agar mampu menjawab tantangan zaman dan perubahan sosial masyarakat.

“Islam adalah ajaran yang mampu bertahan hingga akhir zaman. Maka, kader HMI wajib merekonstruksi cara pandangnya agar tetap sesuai dengan perkembangan teknologi dan sosial. Namun, adaptasi itu tidak boleh melenceng dari nilai-nilai Islam,” tambahnya.

Dalam penutup materinya, Hasanuddin mendorong kader HMI, khususnya peserta LK III, untuk menghidupkan kembali tradisi intelektual dalam organisasi, melalui budaya baca dan diskusi keislaman yang mendalam.

“Kita tidak bisa lagi hanya bicara tentang revolusi industri dan teknologi 4.0. Kader HMI sudah seharusnya mulai membicarakan 5.0, 6.0, bahkan melampaui itu. Harus ada lompatan pemikiran dalam melihat perkembangan zaman hari ini,” pungkasnya.

Kegiatan LK III ini diikuti oleh kader-kader pilihan dari berbagai cabang HMI di Indonesia dan menjadi momentum strategis untuk memperkuat kapasitas intelektual serta spiritual kader dalam menjawab tantangan masa depan.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved