Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Makassar Darurat Kekerasan Seksual

Kampus di Makassar Rawan Kekerasan Seksual, Korban Pilih Diam

Makassar darurat kekerasan seksual. Kampus jadi lokasi rentan karena relasi kuasa. Suara korban tak boleh dikubur. Lawan predator seksual sekarang!

|
Project Baik
KEKERASAN SEKSUAL -  Koordinator FIK Ornop Sulsel, Samsang Syamsir menjadi narasumber Talkshow dan Kampanye Publik “Makassar Darurat Kekerasan Seksual” di Nipah Park, Jumat (23/5/2025), yang dihadiri ratusan peserta lintas kalangan. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Talkshow dan Kampanye Publik bertema Makassar Darurat Kekerasan Seksual, Siapa Bertanggung Jawab digelar di Bikin-Bikin Creative Hub, Nipah Park, Makassar, Jumat (23/5/2025).

Acara ini dihadiri lebih dari 100 peserta dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa hingga ibu rumah tangga.

Salah satu narasumber, Koordinator FIK Ornop Sulsel, Samsang Syamsir, mengungkap kondisi memprihatinkan para korban kekerasan seksual, termasuk terjadi di lingkungan kampus.

“Banyak mahasiswa menjadi korban kekerasan seksual, tentunya dibarengi dengan dampak serius terhadap kesehatan mental dan fisiknya,” ujarnya.

Ia juga menyoroti lemahnya penanganan dari satuan tugas (Satgas) kampus yang seharusnya melindungi korban.

“Ada orang Satgas yang justru tidak berpihak pada korban, malah berperspektif pelaku. Ini masih sering terjadi sehingga banyak korban memilih diam dan tidak melapor,” tegasnya.

Menurut Samsang, anggota Satgas PPKS harus memahami perspektif keberpihakan pada korban, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 55 Tahun 2024.

Wakil Wali Kota Makassar, Aliyah Mustika Ilham, mengajak masyarakat untuk berani bersuara dan aktif mencegah kekerasan seksual di lingkungan masing-masing.

“Berbicara kekerasan seksual berarti bicara tentang kekuatan sinergi. Kita harus berkolaborasi menekan pelaku dan melindungi korban,” ujarnya.

Baca juga: Makassar Darurat Kekerasan Seksual, Wakil Wali Kota Aliyah Minta Korban Berani Melapor

Ia menegaskan bahwa kekerasan seksual masih marak di Makassar. Jika masyarakat memilih bungkam, maka rantai kekerasan sulit diputus.

Aliyah mengajak jurnalis, akademisi, dan generasi muda untuk ikut menyuarakan isu ini.

“Kami dorong anak muda peduli dan berani speak up. Jangan bungkam dalam memerangi kekerasan seksual,” ucapnya.

DP3A: Makassar Darurat Kekerasan Seksual

TALKSHOW KEKERASAN SEKSUAL – Suasana Talkshow  dan Kampanye Publik Makassar Darurat Kekerasan Seksual, Siapa Bertanggung Jawab? di Bikin-bikin Creative Hub, Nipah Park, Makassar, Jumat (23/5/2025). Wakil Wali Kota Makassar, Aliyah Mustika Ilham, hadir mengajak ajak warga Makassar khususnya korban berani bicara dan lawan kekerasan seksual.
TALKSHOW KEKERASAN SEKSUAL – Suasana Talkshow dan Kampanye Publik Makassar Darurat Kekerasan Seksual, Siapa Bertanggung Jawab? di Bikin-bikin Creative Hub, Nipah Park, Makassar, Jumat (23/5/2025). Wakil Wali Kota Makassar, Aliyah Mustika Ilham, hadir mengajak ajak warga Makassar khususnya korban berani bicara dan lawan kekerasan seksual. (Humas Pemkot Makassar)

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Makassar, Achi Soleman, menyatakan Makassar tengah menghadapi darurat kekerasan seksual.

Data UPTD PPA 2024 mencatat 510 kasus kekerasan, menurun dari 634 kasus pada 2023. Namun, penurunan ini bisa saja menunjukkan banyak korban memilih diam.

Kekerasan pada anak di bawah usia 18 tahun masih mendominasi, tersebar di 15 kecamatan. 

Tamalate menjadi kecamatan dengan kasus tertinggi, disusul Panakkukang, Rappocini, dan Manggala.

“Kekerasan dianggap aib keluarga, apalagi jika pelakunya adalah orang dekat seperti om, kakek, ayah kandung, atau ayah tiri,” jelas Achi.

Ia menyebut pola asuh dan pengabaian keluarga sebagai salah satu penyebab utama.

“Peran ayah dan ibu sangat penting,” katanya.

Korban kekerasan seksual tidak hanya perempuan, tetapi juga laki-laki jika tidak ditangani dengan tepat.

DP3A Makassar melalui UPTD PPA menyediakan layanan penampungan, psikologi klinis, dan bantuan hukum.

Namun, banyak kasus sulit terungkap, terutama di lingkungan kampus yang rentan karena adanya relasi kuasa antara dosen dan mahasiswa.

“Di kampus, korban takut melapor karena pelakunya dosen,” tuturnya.

Moderator talkshow, Sukmawati Ibrahim, menegaskan bahwa penanganan kekerasan adalah tugas kolektif, bukan hanya tanggung jawab satu-dua pihak.

“Suara korban tak boleh dikubur di balik angka. Setiap luka yang didiamkan akan membusuk,” katanya.

Ia mengingatkan bahwa kekerasan bisa muncul dalam berbagai bentuk—kalimat, sentuhan tanpa izin, hingga relasi menekan.

“Korban bukan hanya yang terluka secara fisik, tapi juga yang jiwanya retak dalam diam. Lawan predator seksual, hadirkan ruang aman,” tegasnya.

Acara ini juga dihadiri Staf Ahli Bidang 3 Ariyati Puspasari Abady, Kepala DP3A Achi Soleman, Sekretaris Dinas Kominfo Ismawati Nur, Wakil Ketua Satgas PPKS Unhas Prof Dr Hj Mardiana Etharawaty Fachry, Program Manager Inklusi BAKTI Lusia Palulungan, dan perwakilan LBH Makassar Nunuk Songki.

Ratusan peserta hadir, mulai dari pelajar, akademisi, ibu rumah tangga hingga penyintas. Ini menunjukkan tingginya perhatian terhadap isu kekerasan seksual di Makassar.

Kegiatan ini disponsori BCA, Gokana, Nipah Park, Pelindo, Astra Honda, dan Artugo. 

Dukungan juga datang dari BTPN Syariah, Alfamart, Alfamidi, Browcyl, Wanua, Dapur Jinne, Amphuri DPD Sulampua, Radjawisata, Ornop Sulsel, Galery Pusaka Bugis, serta Sekretaris Komisi B DPRD Makassar Andi Tenri Uji. (*)

 

 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved