Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Makassar, Palopo hingga Selayar Bisa Jadi Lokasi Pendaratan Utama Seaplane

Sulsel siapkan operasional seaplane. CPI Makassar, Selayar, hingga Bone dinilai cocok untuk pendaratan.

Penulis: Faqih Imtiyaaz | Editor: Sukmawati Ibrahim
Faqih Imtiyaaz/Tribun Timur
SEAPLANE SULSEL – Kepala Dinas Perhubungan Sulsel, Andi Erwin Terwo saat berada di Rujab Gubernur Sulsel, April 2025. Dishub sudah petakan lokasi pendaratan seaplane di beberapa wilayah potensial. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) terus mematangkan persiapan operasional pesawat amfibi atau seaplane. 

Moda transportasi ini dinilai mampu meningkatkan konektivitas antarwilayah, terutama daerah kepulauan.

Seaplane adalah pesawat bisa lepas landas dan mendarat di permukaan air. 

Teknologi ini lazim digunakan untuk patroli, penyelamatan, serta transportasi wisata.

Pemprov Sulsel menggandeng Akademi Penerbang Indonesia (API) Banyuwangi dalam pengembangan moda transportasi ini. 

API Banyuwangi sudah memiliki fasilitas pelatihan seaplane dan mencetak pilot-pilot pesawat amfibi.

Direktur API Banyuwangi, Capt. Daniel Dewantoro Rumani, telah meninjau langsung sejumlah lokasi di Sulsel untuk mengecek kesiapan wilayah pendaratan.

"Hasil pertemuan tersebut ditindaklanjuti dengan kunjungan ke Sulawesi Selatan untuk melihat lokasi yang paling tepat bagi pendaratan seaplane," ujar Kepala Dinas Perhubungan Sulsel, Erwin Terwo, Selasa (6/5/2025).

Salah satu titik dinilai layak adalah wilayah perairan Center Point of Indonesia (CPI) Makassar

Lokasi ini dinilai strategis karena terkoneksi langsung dengan kawasan wisata Kota Makassar.

Selain CPI, sejumlah daerah lain juga masuk dalam daftar lokasi pendaratan seperti Parepare, Bone, Palopo, Selayar, hingga Takabonerate.

"Hasil kunjungan menunjukkan secara teknis bahwa CPI sangat layak. Selain Makassar, beberapa daerah lain juga masuk dalam daftar," sebut Erwin.

Keberadaan seaplane diharapkan mempermudah akses masyarakat di daerah terpencil, khususnya wilayah kepulauan. 

Moda ini juga dapat menunjang sektor pariwisata dan layanan dasar seperti kesehatan.

Capt. Daniel menuturkan, pihaknya berperan sebagai konsultan dalam survei kesiapan pengoperasian seaplane.

"Kami telah melakukan koordinasi dan survei, karena ada beberapa stakeholder yang harus diajak berkoordinasi. Kami sudah mendapatkan kepastian bahwa lokasi tersebut cocok, dan kami akan segera memulai tahap pertama di CPI," jelasnya.

Menurut dia, inisiatif ini tidak hanya menjawab kebutuhan transportasi masyarakat kepulauan, tetapi juga membuka potensi ekonomi lokal dan nasional.

"Ini tidak hanya membantu meningkatkan ekonomi daerah, tetapi juga mendukung ekonomi nasional. Di sini menjadi benchmark. Kami berharap, inisiatif dari Pak Gubernur ini bisa menjadi proyek percontohan yang akan diikuti daerah lain," ujarnya.

Capt. Daniel juga mengapresiasi langkah Pemprov Sulsel

Ia menilai kondisi geografis Sulsel sangat cocok untuk pengembangan seaplane, karena memiliki garis pantai panjang dan wilayah kepulauan yang luas.

"Indonesia adalah negara kepulauan. Jika kita punya visi besar, mengapa tidak membangun seribu waterbase di Indonesia? Contohnya seperti Maldives yang konektivitasnya bergantung pada sistem waterbase," tambahnya.

Sistem waterbase merupakan infrastruktur gabungan antara pelabuhan laut dan bandara untuk mendukung transportasi perairan. 

Dengan sistem ini, seaplane bisa mendarat dan lepas landas di air tanpa membutuhkan landasan pacu darat. 

Biaya lebih hemat dan cocok untuk daerah perairan luas.

Sebagai bagian dari persiapan sumber daya manusia, API Banyuwangi akan terlibat langsung dalam pengembangan SDM untuk pengoperasian seaplane di Sulsel.(*)

 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved