Haji 2025
Apakah Menu Makan Jemaah Haji Lansia Berbeda dengan Jemaah Lain Tahun Ini?
Namun, layanan konsumsi tetap fleksibel dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan jemaah tertentu.
Penulis: Mansur AM | Editor: Saldy Irawan
TRIBUN-TIMUR.COM - Pelaksana Tugas Inspektur Jenderal Kementerian Agama Faisal Ali Hasyim memastikan bahwa tidak ada pembedaan dalam penyajian makanan antara jemaah lansia dan non-lansia.
Namun, layanan konsumsi tetap fleksibel dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan jemaah tertentu.
“Di dalam kontrak tidak disebutkan ada menu khusus lansia. Tapi petugas haji seksi konsumsi harus proaktif. Jika ada jemaah yang butuh makanan dengan tekstur atau cita rasa tertentu, tinggal diinformasikan,” kata Faisal saat menjadi narasumber Bimtek Calon PPIH 2025 di Asrama Haji Pondok Gede, Kamis (17/4/2025).
Menurutnya, usia bukan satu-satunya penentu kebutuhan makanan.
Sebab, ada lansia yang tetap nyaman dengan makanan bertekstur normal, sementara ada pula jemaah muda yang justru membutuhkan makanan lembut karena masalah pencernaan.
Kondisi ini sangat variatif dan tidak bisa digeneralisasi dalam satu kloter.
Faisal menekankan pentingnya komunikasi dua arah antara jemaah dan petugas haji seksi konsumsi.
Bila ada kebutuhan khusus, baik karena medis maupun kebiasaan makan, petugas diminta segera menyampaikan agar penyedia layanan bisa melakukan penyesuaian.
Soal makanan memang tidak mudah. Dia lantas memberi contoh terkait tingkat kepedasan.
Ia menyebut selera pedas jemaah dari berbagai daerah sangat beragam. Dari Jawa Tengah, Aceh, Medan, hingga NTT punya standar berbeda.
Namun secara umum, makanan yang disajikan nanti cenderung tidak terlalu pedas, karena menurut konsultasi dengan dokter, rasa terlalu pedas bisa memicu gangguan pencernaan seperti diare.
“Makanan jemaah sudah dikonsultasikan dengan tim medis. Jadi bukan soal selera semata, tapi demi keamanan dan kenyamanan semua,” tambahnya.
Kebijakan ini sejalan dengan pendekatan Haji Ramah Lansia dan Disabilitas yang diusung tahun ini. Kementerian Agama ingin memastikan bahwa setiap layanan—termasuk makanan—tidak hanya terpenuhi secara kuantitas, tetapi juga kualitas dan relevansi terhadap kondisi jemaah.
Faisal juga meminta para petugas PPIH di Arab Saudi untuk bersikap responsif dan penuh empati. Menurutnya, cara terbaik dalam melayani jemaah lansia adalah dengan membayangkan seolah sedang melayani orang tua sendiri. “Bayangkan itu ibu kita. Kalau kita niatkan seperti itu, insya Allah penuh berkah,” tuturnya.
Dengan pendekatan yang fleksibel dan empatik ini, Kemenag berharap seluruh jemaah terutama lansia dan kelompok risiko tinggi bisa menjalani ibadah haji dengan lebih nyaman, sehat, dan bermartabat.
Laporan: Wartawan Tribun-timur.com, Mansur Amirullah, dari Asrama Haji Pondok Gede Jakarta
Menag Nasaruddin Umar Minta Maaf atas Layanan Haji 2025 |
![]() |
---|
Foto-foto Kloter Terakhir Jamaah Haji Tinggalkan Madinah, Petugas: Semoga Mabrur Semua |
![]() |
---|
Cerita Jamaah Haji Jalan Kaki dari Musdalifah ke Mina Sejauh 3 KM saat Suhu 48 Derajat |
![]() |
---|
Wakil Bupati Jemput 360 Jemaah Haji Asal Wajo di Asrama Haji Sudiang |
![]() |
---|
'Tukang Bubur Naik Haji' Asal Pomala Berat Tinggalkan Tanah Suci, Tiba 7 Juli di Makassar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.