Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Bulog

Antrean Panjang di Gudang Bulog Karena Mesin Rusak, CV Kajuara: Satu Hari Normal Kembali

Antrean panjang gudang Bulog di Desa Bulutanah Kecamatan Kajuara, Kabupaten Bone ternyata dipicu kerusakan mesin pabrik.

Editor: Muh Hasim Arfah
Bulog Sinjai
KLARIFIKASI BULOG- Pemilik CV Kajuara, H Hanafi (pakai kopiah) dan Pimpinan Bulog Bone memberikan klarifikasinya setelah antrean panjang di Gudang Bulog, Desa Bulu tanah, Kecamatan Kajuara, Kabupaten Bone Sulsel, Minggu (13/5/2025). Antrean panjang truk ini karena adanya kerusakan mesin pabrik. 

TRIBUN-TIMUR.COM- Antrean panjang gudang Bulog di Desa Bulutanah Kecamatan Kajuara, Kabupaten Bone ternyata dipicu kerusakan mesin pabrik, Minggu (13/4/2025). 

Gangguan teknis itu membuat proses pengeringan dan penggilingan terganggu.

Sehingga, memicu antrean panjang kendaraan roda empat pengangkut gabah yang mayoritas berasal dari Kabupaten Sinjai dan Bulukumba. 

Video antrean tersebut juga mengungkap kerisauan sejumlah petani karena gabahnya terancam rusak jika harus mengantre lebih lama.

Apalagi, terjadi di tengah getolnya Bulog menyerap gabah demi menyuksesan target Swasembada Pangan yang dicanangkan Presiden RI Prabowo Subianto. 

Untung saja, gangguan tersebut berhasil diatasi hanya dalam sehari. 

H Hanafi, pemilik CV Kajuara, pabrik penggilingan dan pengeringan yang ditunjuk sebagai salah satu maklon Perum Bulog, memastikan gangguan pada pabrik telah teratasi.

"Iya, memang itu sempat ada gangguan pada pabrik. Pada dryer. Tapi itu hanya satu hari," ujar Haji Hanafi di hadapan perwakilan Bulog Cabang Bulukumba, Selasa (15/4/2025).

Haji Hanafi melanjutkan, mesin pabrik sudah kembali normal beroperasi sejak Senin, sehari setelah video viral tersebut. 

"Sekarang sudah kembali beroperasi 24 jam. Siap menerima gabah petani. 100 ton per hari atau kadang-kadang lebih," tambahnya lagi. 

Di dalam video antrean yang sempat viral sebelumnya tersebut, juga mengungkap pengakuan salah satu pemilik yang menyebut gabah mereka dibeli di bawah harga pembelian pemerintah (HPP). 

Terkait hal ini, H Hanafi membantahnya dengan tegas.

Sebagai pihak ketiga yang dipercaya Bulog untuk menerima dan mengolah padi milik petani, mereka membeli gabah sesuai HPP. 

"Tidak sah (benar) itu. Kami membeli gabah petani Rp.6.700. Rp.6.500 untuk harga gabah per kilogram plus Rp200 untuk biaya transportasi per kilogram," tegasnya. 

Pimpinan Cabang Bulog Bulukumba, Farid Nur, dalam kesempatan sama memastikan seluruh mitra kerja pengadaan yang ditunjuk Bulog terikat oleh surat perjanjian yang mewajibkan mereka membeli gabah sesuai HPP.  (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved