Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Muhammadiyah

Keteguhan dan Cerita Kehidupan Ambo Asse Terungkap dalam Bedah Buku Muhammadiyah Sulsel

Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan (Sulsel) menggelar Muhammadiyah Studies Talk.

Editor: Muh Hasim Arfah
Dok Muhammadiah Sulsel
Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan (Sulsel) menggelar Muhammadiyah Studies Talk ketujuh, dengan mendiskusikan buku biografi Ketua PWM Sulsel, Ambo Asse di Aula Pusdam Sulsel, Selasa, (25/3/2025). Ketua PW Muhammadiyah Ambo Asse dibahas. 

 

Figur yang Teguh Pendirian

Pembedah ketiga dilanjutkan oleh Ashabul Kahfi.

Ia menceritakan pengalamannya di beberapa momen, dan mendapati Ambo Asse sebagai sosok yang tegas dan teguh pendirian jika telah mengambil keputusan. 

Khususnya, Ambo Asse sebagai tokoh Muhammadiyah Sulsel.

“Saya mengingat bahwa beliau ini sangat kokoh dengan pendirian. Kalau sudah berpendapat, pokoknya tidak akan tumbang. Ini sangat jarang dimiliki oleh orang. di Muhammadiyah begitu juga, kala itu Ketua Majelis Dikdasmen, kerasnya sama, itu karakter tapi positif saja,” kata Kahfi.

Salah satunya adalah ketika PP Muhammadiyah memandat Ambo Asse menjadi Rektor Unismuh Makassar.

Kala itu, kisah Kahfi, begitu banyak isu miring yang menghampiri Ambo Asse, namun hal itu tak membuatnya bergeming dan justru dibalas dengan prestasi.

“Ketika menjabat sebagai rektor, untuk pertama kalinya yah Unismuh Makassar mendapat predikat unggul, di tengah banyaknya hal-hal kontra, banyak protes, tapi beliau jalan terus.

Hasilnya kita sudah sama-sama tahu, Unismuh unggul di masa Ambo Asse menjabat Rektor,” kata dia. Meskipun, Kahfi tak menafikan peran-peran pimpinan kampus sebelumnya.

Orang Tua, Peletak Fondasi Karakter Ambo Asse

Menanggapi ketiga pembedah itu, Ambo Asse mengaku jika karakter yang melekat pada dirinya tak lepas dari didikan orang tuanya.

Suatu ketika, tutur Ambo, ia berselisih paham dengan gurunya di tingkat sekolah dasar. Ia melayangkan protes saat mengikuti praktikum pelajaran agama.

“Waktu itu saya masih kelas enam SD, sudah berbeda dengan guru sendiri, soal tayammum, karena orang tua saya Muhammadiyah, sementara yang mengajari saya di sekolah itu bukan orang Muhammadiyah,” tutur Ambo tertawa kecil.

Tak cukup sampai di situ, ayah Ambo Asse juga telah membelajarkan dirinya memimpin jamaah salat saat masih duduk di bangku SD. Awalnya, Ambo memprotes, namun tetap dilanjutkan setelah menerima alasan yang menurutnya masuk akal.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved