Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Muammar Bakry

Ramadan dengan Cinta 11: Cinta Kasih di Masa Sahabat

Abu Bakar kemudian meminta putranya untuk menceraiakan istrinya lalu ia lakukan, namun ternyata ia sangat sedih dengan perceraian itu.

Editor: Sudirman
DOK TRIBUN TIMUR
Imam Besar Masjid Al Markaz Al Islami Jenderal M Jusuf dan Rektor Universitas Islam Makassar, Prof Dr Muammar Bakry Lc MA. Dalam Ramadhan 2025 atau Ramadhan1446 H, Muammar Bakry menulis kolom Ramadhan dengan Cinta seriap hari yang diterbitkan di Tribin Timur cetak. 

Oleh: Muammar Bakry

Imam Besar Masjid Al Markaz Al Islami Jenderal M Jusuf

TRIBUN-TIMUR.COM - Atikah binti Zaid adalah istri Abdullah anak Abu Bakar Ashidiq, lebih dominan daripada suaminya dalam hal kepandaian, dan malah lebih menonjol dalam urusan perdagangan dibanding suaminya. 

Abu Bakar kemudian meminta putranya untuk menceraiakan istrinya lalu ia lakukan, namun ternyata ia sangat sedih dengan perceraian itu.

Suatu hari Abdullah berdiri di hadapan ayahnya yang akan berangkat salat sambil berdiri dan menangis ia membaca syair ungkapan hatinya; Walam ara mitsly thalqal yaum mitslaha
wala mitslaha fi gayri jarmi. Yuthlaqu laha khalqu jazal wa hilm wa wamanshabu wakhalqu sawiyyu filhayati wa mushaddiqu

(Saya belum pernah melihat orang seperti saya bercerai hari ini atau orang seperti dia karena apa pun selain luka yang dalam… ia memiliki akhlak yang luhur, cita-cita, kedudukan 
akhlak yang baik dalam hidup, dan juga jujur orangnya).

Mendengar syair cinta itu, Abu Bakar tergugah dan ikut sedih lalu meminta putranya Abdullah rujuk kembali kepada istrinya.

Walhasil Ketika Abdullah wafat dalam usia masih relatif muda, sang Istri pun melepasnya dengan mambaca syair cinta: Aalayta la tanfakku ‘ainy sakhinah ‘alaykawala yanfakku jildy agraa…falillah ‘aynan man ra’a mitslahu fatan a’affu wa amdha fil hiyaji wa ashbaraa.

(Aku berharap mataku tidak pernah berhenti terasa hangat saat berhadapan denganmu dan kulitku juga tidak akan pernah berhenti merasakan kehangatan….Bahagianya orang yang sama pemuda ini  dia yang lebih suci, lebih perhatian, dan lebih sabar).

Kisah ini dijelaskan oleh Ibn al-Qayyim dalam satu pasal “fii Rahmatil Muhibbin wa syafa’ah lahum ila ahbabihim fil wishal allazy yubihuhuddin” artinya, cinta kekasih dan syafa’atnya kepada kekasihnya untuk mencapai tujuan yang dibolehkan agama.

Abu Bakar sebagai ayah tentu ingin melihat putranya sebagai anak yang sukses dan suami yang mandiri.

Saat melihat anaknya di bawah kendali istrinya, maka sebagai ayah ia pun meminta putranya untuk melepaskan diri dari kondisi itu dengan menceraikan istrinya.

Sebagai anak yang saleh tentu takut menantang keinginan ayahnya, maka ia turuti perintah ayahnya tersebut.

Namun di sisi lain, Abdullah sesungguhnya masih sangat mencintai istrinya, antara menuruti keinginan ayah dan mengikuti kata hatinya.

Hingga suatu hari cinta itu tak terbendung lagi, maka ia lampiaskan perasaannya dalam bentuk syair. 

Sumber: Tribun Timur
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved